Setelah semalaman diguyur hujan, pagi ini terasa dingin sekali. Usai sarapan, seorang pemuda berusia 22 tahun, menyalakan televisi. Kebetulan yang langsung muncul adalah saluran televisi BCTV, yang sedang menayangkan acara talkshow bersama beberapa mantan karyawan dari Maxtor Company dengan tema memperingati 5 tahun Tragedi Maxtor. Mereka mengaku bahwa mereka memutuskan sendiri kontrak kerja dengan Maxtor, karena disamping usia yang sudah renta dan pantas pensiun, mereka juga ingin menghabiskan sisa waktu hidup mereka bersama keluarga. Namun Maxtor sendiri pun tidak melepaskannya begitu saja, sebagai tanda terima kasih atas jasa-jasa mereka, Maxtor memberikan kepada masing-masing sejumlah uang untuk membuka usaha di rumah masing-masing. Entah itu berdagang, bertani dan lain-lain. Menurut mereka yang sudah puluhan tahun mengabdi di Maxtor Company, sangat aneh bila generator pabrik yang dibiayai dengan biaya perawatan yang sangat besar dan dikawal dengan prosedur hebat, dapat meledak begitu saja. Pasti ada penyebab-penyebab tertentu yang patut diusut dan ditindak lanjuti. Terlebih lagi mereka pun tau betapa kerasnya persaingan antar pengusaha di kawasan tersebut, dan bos merekalah yang paling berjaya saat itu.
“Hey, Ford.. cepat kemari..” Han, memanggil temannya yang sedang duduk di meja makan, sarapan.
“Hmm.. apa?” jawab Ford dengan mulut yang masih dipenuhi roti. Lantas ia pun meneguk orange juice yang telah dihidangkan dan berjalan mendekati temannya. “Acara apa sih?” tanya Ford setelah tiba di belakang temannya.
“Itu baca...” jawab Han sambil mengacungkan jarinya menunjuk bagian bawah layar televisi yang bertuliskan ‘5 tahun Tragedi Maxtor’.
Sontak, Ford pun tertegun memandangi televisi. Mulutnya yang tadi mengerunyam, sekarang berhenti. Tak ada suara bahkan gerakan sedikit pun dari tubuhnya. Matanya menyipit, mengarah ke televisi, namun sesungguhnya ia tidak menonton acara tersebut. Sorot matanya menerawang dan berhasil menembus ingatannya, ia teringat langsung akan kejadian 5 tahun lalu itu.
***
Pagi yang cerah, embun pagi masih terlihat di dedaunan bahkan ada beberapa tetes yang baru saja jatuh ke tanah, burung-burung pun tak kalah semangat mereka berkicauan menyambut hari Minggu yang cerah itu. Sang matahari baru saja muncul memancarkan sinar semburat kekuningan dan kehangatan untuk para insan di muka bumi.
Benar-benar keadaan cuaca yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu akhir minggu bersama keluarga. Namun tidak demikian dengan keluarga Gregory Ford. Gregory dan isterinya, Evellyn, harus berangkat pagi-pagi setelah sarapan bersama. Mereka harus bekerja meskipun hari ini adalah hari Minggu, dimana kebanyakan orang berkumpul bersama keluarganya. Namun itulah kehebatan sebuah perusahaan tempat mereka bekerja, tak seorang pun karyawan mengeluh akan keadaan seperti ini.
Jarum jam, terus melangkah maju menyisakan kenangan manis berupa tawa renyah sekeluarga dan juga obrolan hangat pagi hari di meja makan. Bahkan sekarang tengah menunjukkan pukul sepuluh. “Ayah dan ibu pasti sedang menikmati waktu istirahat pertama sekarang” gumam seorang anak berusia 17 tahun yang tengah menduduki kursi di depan televisi. Di sana – Maxtor Company – setiap karyawan diberikan jatah jam istirahat sebanyak dua kali, yang pertama adalah pukul sepuluh dan yang kedua adalah pukul setengah dua. Pada istirahat pertama, karyawan disediakan segelas susu dan roti. Bagi para perokok aktif, waktu yang diberikan yakni selama tiga puluh menit, biasanya mereka manfaatkan untuk merokok di halaman pabrik sebelum akhirnya mereka dapat merokok kembali pada istirahat kedua.
Rupanya, pemuda tadi sedang menonton sebuah acara talkshow, semacam Oprah. Sedang asyik dengan obrolan dalam acara tersebut, tiba-tiba saja televisi merubah gambarnya dengan gambar seorang wanita yang tengah duduk di dalam studio, dan menyampaikan permintaan maaf atas terpotongnya acara dikarenakan ada berita bahwa ada sebuah ledakan besar yang berasal dari kota Downtown, salah satu kota di Blackhard yang terkenal sebagai kota industri.
Sebuah kawasan yang dipenuhi oleh pabrik-pabrik industri tekstil, elektronik, serta makanan. Di kota tersebut ada sebuah perusahaan yang saat itu sedang mengalami perkembangan pesat, dimana ia memiliki ribuan karyawan yang bersedia bekerja secara shift. Maxtor Company, perusahaan yang bergerak dibidang industri retail. Berita yang beredar adalah bahwa Maxtor Helbert, pemilik perusahaan tersebut, memiliki strategi jitu untuk mengelola sebuah perusahaan. Lulusan manajemen sebuah universitas di Eropa ini telah menerapkan semua ilmunya untuk perusahaan yang dibangunnya dari nol.
Kerap kali para karyawan dari perusahaan lain mengeluhkan tentang kebijakan perusahaan, terutama kebijakan baru dari pemerintah yang menetapkan bahwa tidak ada lagi sistim karyawan tetap. Dengan kata lain, nasib seluruh karyawan di paksa untuk bekerja sebagai karyawan kontrak yang apabila masa kontraknya habis dan diputus oleh pihak perusahaan, maka karyawan tersebut tidak bisa menuntut akan bayaran apapun termasuk uang pensiun. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan tersebut tidak mau tahu akan nasib para karyawannya, termasuk jaminan keselamatan kerja dan kesehatan. Namun bagi Maxtor, hal-hal yang kecil seperti ini patut difikirkan dan diberikan perhatian khusus.
Sekitar ratusan karyawan dari perusahaan lain sudah ditarik oleh Maxtor Company, terutama orang-orang yang memiliki keahlian dibagian vital untuk mengembangkan sayap perusahaan seperti bagian teknisi dan marketing. Kebijakan yang dibuat Maxtor memang sama dengan perusahaan lain, semua karyawan adalah karyawan kontrak, dan tidak ada karyawan tetap walau satu orang pun. Namun, Maxtor memiliki kebijakan yang sangat berbeda dengan perusahaan lain yakni adanya jaminan keselamatan kerja dan tanggungan biaya kesehatan karyawan dan keluarganya, hal inilah yang menarik perhatian para pekerja untuk memalingkan muka ke Maxtor Company. Dan tentu saja ada batasan-batasan tertentu mengenai biaya yang sudah diperhitungkan secara matang oleh sang pemilik.
Seorang wanita yang mengenakan seragam berwarna biru dengan emblem BCTV di dada kanannya dan sebuah microphone di tangannya tengah siap menyampaikan sebuah laporan langsung dari kota Downtown.
“Pemirsa, dapat anda saksikan di belakang saya, ada kepulan asap yang sangat tebal dan menjulang tinggi ke langit. Asap tersebut berasal dari sebuah pabrik milik Maxtor Helbert yakni Maxtor Company. Dapat anda saksikan juga, bahwa di belakang saya sekarang, orang-orang ataupun karyawan-karyawan dari pabrik-pabrik lain berkerumun, melihat kebakaran tersebut. Menurut informasi yang telah kami himpun dari para karyawan pabrik yang berada di sekitar Maxtor Company, mereka mendengar sebuah ledakan besar dan saat mereka keluar api telah berkobar menimbulkan asap hitam pekat yang menjulang tinggi ke langit. Sementara untuk berapa jumlah korban, kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut dikarenakan api yang masih sangat besar dan sulit dikendalikan, yang hingga sekarang pun masih berusaha dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran dengan menurunkan dua belas unit mobil pemadam kebakarannya ”.