Imaiwa. Begitu orang kampung megenalnya. Sudah kurang lebih seminggu perempuan itu berkeluh. Ada badai berkecamuk di hatinya. Angannya membenrontak. Nalarnya liar. Perempuan yang menikah kurang lebih tujuh tahun lalu itu akhir-akhir ini hanya mengahabiskan waktunya di
legolego rumah. Imaiwa berdiam diri. Angannya melayang. Hanya sesekali ketika melihat orang kampung melintas di depan rumahnya, ia melempar senyumnya yang khas.
KEMBALI KE ARTIKEL