Forum G20 turut andil dalam mencari solusi untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Isu ketahanan pangan sempat menjadi sorotan dalam diskusi G20 pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini saat Indonesia memegang presidensi, pembahasan seputar isu tersebut kian menguat. Jumlah penduduk dunia yang menghadapi krisis pangan meningkat lebih dari dua kali lipat sejak pandemi Covid-19; dari semula 135 juta orang menjadi 345 juta orang. Pernyataan tersebut dikeluarkan World Food Programme (WFP), sebuah organisasi kemanusiaan terbesar di dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WFP fokus menangani kelaparan penduduk dunia dan meningkatkan ketahanan pangan. Dengan adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan pembatasan ekspor, pasokan pangan semakin terganggu. Gangguan tersebut mendorong harga pangan ke level tertinggi. Harga pangan dunia merangkak naik hampir 13% pada Maret 2022. Kemungkinan terus naik bahkan berpotensi menyentuh 20% pada akhir tahun ini. Jika tak ada upaya mencari solusi, situasi ekonomi dunia pada akhir 2022 bisa jadi akan lebih buruk daripada akhir 2021.
Pemerintah indonesia terus mendukung dan mendorong ketahanan pangan nasional dengan tetap memperhatikan kesejahteraan petani dalam menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen. Hal tersebut dilakukan karena sektor pertanian berperan penting dalam ketahanan pangan, utamanya melalui ketersediaan, keterjangkauan, keamanan dan kualitas pangan. Momentum presidensi G20 mendorong peningkatan sektor pertanian melalui pertukaran teknologi serta kerja sama penelitian dan transaksi perdagangan. Pertukaran teknologi dalam sektor pertanian perlu dilakukan melalui employee exchange antar negara G20 dan kerja sama penelitian. Selain itu, kerja sama transaksi perdagangan juga dilakukan dengan mempermudah izin ekspor baik untuk UMKM maupun produk pertanian sebagai gateway dan kerja sama  bilateral yang dapat memfasilitasi berbagai keringanan fiskal.