Imaji kian kuat menerpa, rasa seakan terbelenggu tak mampu melepaskan cekatan kesunyian yang menyapa, andai naluri ini mampu berteriak sekencang-kencangnya, maka setiap waktu kesunyian yang menyapa ia akan selalu meronta mencoba melepaskan cekatan rasa ini. Mentari selalu tersenyum, namun diri ini selalu terpikir bahwa kenapa cahaya harus meredup?, ragapun tak mampu menjawab seisi problematika jiwa yang bergejolak, entah keegoisan apa yang harus dilakukan sehingga dunia mampu menjawab sapaan kesuinyian ini.
KEMBALI KE ARTIKEL