Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Penghayal

5 Juni 2021   15:49 Diperbarui: 5 Juni 2021   15:49 201 4
Rintik hujan tak berirama dari seng kosan kecilku. Guntur membobardir seolah marah, di sore ini. Aku yang hanya seorang pengangguran langsung berangkat ke arah kamar kosku, yang hangat karena barang-barang lusuh dan teduh di bawah seng yang ala kadarnya.
Kuturunkan kasur, bersiap untuk beralih ke alam lain, tidur. Kasur , bantal dan selimut adalah cintaku saat ini.

Seperti biasa, sebelum tidur ada sebuah ritual yang lazim dilakukan orang dimana pun, menghayal. Menutup mata lalu membayangkan kristal di masa mendatang dan mencoba membuat cerita baru tentang masa lalu yang buruk adalah alurnya. Semua yang buruk tidak pernah terpikirkan saat ritual ini. Jangankan yang buruk, yang hapir buruk pun mustahil ada.

Di sela-sela ritual, entah kenapa dan bagaimana, seperti "serangan fajar" bayangan seseorang tiba-tiba muncul dalam benakku. Mataku tiba2 terbuka, senyumku spontan terpancar. Aku gila? Pikirku.

Wajah itu, kukenal beberapa waktu lalu di kos kosan milik saudaraku. Bagai purnama, wajah itu terang dalam katupan mataku yang gelap.
Bisa dibilang, Rona bibirnya murni buatan surga. Garis bibirnya meliuk dengan sempurna. Jiwaku dibuatnya terpesona.

Jagat seakan sirna, saat kubayangkan pancaran cahya matanya menembak ke arahku. Mataku yang tak lagi mampu menahan, membuat hatiku yang jadi sasarannya, malu.

Ahhh...itu baru dua.... Ku tutup lagi mataku, membayangkan elok betisnya yang menggempa saat langkah kakinya beranjak. Warna betisnya yang langsat semakin memikat hatiku yang bangsat.

Suaranya, huhhhh.... Jika kamu tahu suara yang teduh, itulah.

Sebenarnya, aku belum mengenalnya. Tak ada seinci pun keberanianku untuk menjabat tangannya sembari menanyakan namanya. Aku pengecut? yah....

Laki-laki sepertiku hanya mampu mengagumi dan sukar memiliki. Jangankan memiliki, memanggilnya saja aku tak berani. ( Ya iyalah berani gimana? Kan belum kenalan).

Tiba2, aku tertidur. Cestt cesttt, begitu kira2 bunyi air liur yang keluar tanpa sadar dan tanpa alasan sewaktuku tidur. Bantal menjadi korban utama dalam kasus ini (mandi air liur). Ini seperti kekerasan pada bantal, karena dimandikan secara paksa.

Malam pukul 7, aku terbangun. Kucoba mengingat-ingat kisah apa yang terjadi saat ku bermimpi tadi. Selain untuk kesenangan batin karena memimpikan dia, mimpi itu juga berfungsi sebagai sarana menuju kekayaan ( kupon putih).
Wkwkwk tak satu pun mimpi yang kuingat.

Badan kembali kugulingkan kesana kemari. Seperti seorang yang gelisah namun aku tidak gelisah, itu hanya pekerjaan rutin dari penganggur dan pemalas sepertiku. Sambil menggulingkan badan, disanalah kucoba mencari bahan hayalan baru. Jangan heran aku begini, aku adalah pemalas profesional.

Usahaku tidak sia-sia, aku menemukan jalan menuju sebuah cerita baru yang bisa kurangkai dalam hayalanku sebentar lagi.
Baru kumulai, tiba-tiba teleponku berdering.
Kubangkit dari tidurku dan menuju ke arah telepon yang kusimpan di atas meja belajarku.
"Hallo!!" Suara wanita yang sepertinya cantik terdengar.
" Hallo kak" , sapaanku yang mencoba sopan.
 
Dia bertanya, hallo, kak yang kemarin yang di kosan hijau ( nama kosan kakaku) yah?

Jantungku berdebar kencang. Segala pemikiranku menuju ke arahnya. Ya Tuhan inikah caramu memperkenalkan surga? Atau inikah surga yang kau janjikan? Semoga amin. Tanyaku dalam hati.
Hatiku semakin tak karuan. Mulutku berada pada tingkatan kaku yang paling kaku. Tanganku gemetar. Hmmmm apa ini??

"Hallo"... Serunya lagi.
"Iya hallo kak, betul kak itu saya" jawabku.
"Oiya kak jadi gini, aku Lia anak kosan Hijau. kemarin aku dapat nomor hp nya kakak dari saudaranya kakak. Kalau boleh tau, kakak udah punya pacar belum?

Pertanyaan ini seperti tembakan nuklir dari Korut ke arah dadaku ( kebayanglah modelnya gimana).
Aku bingung menjawabnya, sebab ini adalah pertanyaan yang baru pertama kali dilontarkan ke arahku. Dia naksir, simpulanku dalam hati.

"Emangnya kenapa kak? Kok langsung ditanya begitu?" Tanyaku

Tak disangka tak diduga ia menjawab, " aku naksir sama kakak, kakak mau nggak jadi pacar aku?"

Wahhh, belum kenalan udah diminta jadi pacar. Satu sisi aku berpikir bahwa jika memang ini si dia yang kuhayalkan, tidak mungkin dia semurah ini. Namun di sisi lain aku berpikir bahwa memang tampangku ini luar biasa, jadi sekali pandang langsung sayang.

"E ee ee e" kaku mulutku

Beberapa detik kemudian terdengar suara tawa dari hpku. Seperti kukenal suara itu, tapi siapa yah?

Woyyy kampret, ini aku april teman kakakmu.

Buset daahhh.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun