Memasuki tahun baru dan perayaan Imlek, kerap saya teringat masa kecil saat masih bersama Oma yang sekarang sudah almarhum. Oma yang berasal dari Cina Daratan datang ke bumi Nusantara. Kami tidak pernah memanggil dengan sebutan
Popo, panggilan khas dari masyarakat Tionghoa untuk nenek dari pihak ibu. Dalam perjalanannya hidupnya, akhirnya beliau menikah dengan pria pribumi dari bumi Kawanua (Manado), yang waktu itu bekerja untuk pemerintah Belanda. Sebagai konsekuensi, oleh pihak keluarga hak kesulungan atau ke-Cina-annya dihapus. Mengikuti tradisi Eropa Belanda, cucu-cucunya termasuk saya sudah terbiasa memanggil “Oma”.
KEMBALI KE ARTIKEL