Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Masa Depan Generasi Penghafal Al-Qur'an

31 Maret 2024   10:27 Diperbarui: 31 Maret 2024   10:33 90 0
Beberapa waktu yang lalu, putri saya mengikuti wisuda di sekolah tahfidz al-Qur'an.

Meskipun putri saya tidak saya sekolahkan di pondok pesantren, saya tetap berharap kelak dia bukan hanya sekedar menjadi penghafal al-Qur'an, namun lebih penting lagi adalah menjadi seorang yang berakhlak Al-Qur'an, yaitu mengamalkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam kehidupannya sehari-hari.

Banyak kita jumpai orang-orang yang menghafal al-Qur'an bahkan hadits, namun akhlak atau prilakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut bisa terjadi kemungkinan karena kesalahan dalam memahami ayat dan hadits terkait al-Qur'an.

Memang ada hadits nabi yang menganjurkan kita untuk rajin membaca al-Qur'an karena akan menjadi syafa'at (penolong) bagi penghafalnya di hari kiamat (H.R. Muslim).

Hadist ini yang menjadi salah satu rujukan bagi sebagian umat Islam untuk berlomba-lomba membaca dan menghafal al-Qur'an, namun hanya berhenti sampai di situ, mereka tidak menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari.

Padahal ada hadits nabi yang lain yang menyebutkan bahwa siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberikan pula dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, "Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?" Lalu disampaikan kepadanya, "Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Qur'an." (HR. Hakim).

Dalam al-Qur'an surat Fathir disebutkan bahwa orang-orang yang disempunakan pahalanya dan ditambah karunia-Nya adalah orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan sholat, serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Allah anugerahkan kepada mereka. (QS. Fathir: 29-30).

Artinya membaca al-Qur'an, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki, bukan merupakan pilihan, namun ketiganya bersifat kumulatif atau harus dikerjakan semuanya.

Mendidik anak-anak untuk hanya membaca dan menghafal al Qur'an, tanpa mengamalkannya dengan akhlak, hanya akan melahirkan generasi penerus Ibnu Muljam.

Dalam sejarahnya, Ibnu Muljam adalah seorang pembaca dan penghafal al Qur'an yang handal pada masanya, namun akhlaknya sangat buruk. Bacaan dan hafalannya pada akhirnya tidak menjadi syafaat baginya.

Hal tersebut telah dijelaskan dalam salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim: "Dari kelompok orang ini akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al-Qur`an, akan tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762).

Kalimat "mereka yang membaca Al-Qur'an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan adalah kiasan dari "tidak sampai ke hati" Artinya mereka membaca Al-Qur'an, tapi tidak menjadikan mereka berakhlakul karimah, serta tidak mencegah mereka dari perbuatan keji dan munkar.

Kesimpulannya, al-Qur'an tidak cukup hanya dibaca dan dihafalkan, namun hal yang lebih utama adalah diamalkan. Syafa'at atau pertolongan hanya akan datang, apabila pembaca dan penghafal al-Qur'an telah mengamalkan al-Qur'an dalam kehidupannya sehari-hari. Wallahualam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun