Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Gerindra Merapat ke Istana?

21 Juli 2019   19:22 Diperbarui: 22 Juli 2019   09:35 695 0
Mahkamah Konstitusi telah menetapkan Jokowi-Ma'ruf menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk lima tahun mendatang. Intensitas persaingan juga mulai menurun dengan bertemunya dua kesatria yang bertarung di Pilpres 2019 di gerbong MRT, ini menandakan pertarungan telah usai. Meski tidak dapat kita pungkiri masih ada  beberapa pihak yang tidak sepakat adanya rekonsiliasi seusai Pilpres.

Kini yang menjadi perbincangan hangat apakah Gerindra akan ikut nyemplung kedalam kolam koalisi pemerintahan atau akan tetap setia menjadi oposisi bersama PKS. Patut kita tunggu keputusan sikap dari Gerindra.

Mari kita tinjau dari teori Dramaturgi yang dicetus oleh Erving Goffman, seorang Sosiolog asal Kanada. Goffman menyadari diri bukan milik sang aktor, tetapi lebih tepatnya sebagai produk interaksi dramatik antara aktor dan audiens. Diri "adalah suatu efek dramatik yang sedang muncul.. dari suatu adegan yang disajikan" (Ritzer 2012: 637).

Selama kompetisi berjalan, kedua belah pihak saling adu visi dan misi, gagasan, serta saling kritik dan menyikut. Sikap ini tentu tidak lain merupakan peran yang dimainkan di panggung sandiwara, Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat berperan sebagai oposisi sedangkan PDIP dan konco berperan sebagai petahana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun