Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jasa Marga Ternyata Sering Baca Kompasiana

5 April 2012   00:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01 180 2
Setiap pagi, bahkan sebelum pukul 5 30 ketika matahari masih belum terbit pun, antrian sudah mulai mengular di pintu tol Jatibening yang memiliki nama resmi Pondok Gede Timur ini.

Apa lagi ketika hari mendekati pukul 6, antrian sudah mencapai hampir 1 km dan mencapai Jalan Raya Caman. Lalu apa ada solusinya?

Sepertinya baik pengguna jasa maupun pengelola jalan tol yaitu Jasa Marga sudah menganggap ini memang sudah takdir. Seperti kita bangsa Indonesia mengganggap korupsi memang sudah membudaya. Nikmati saja atau kalau gak suka pulang aja ke kampung yang gak ada jalan tol nya, dijamin gak macet??

Namun, seandainya saja Pak Dahlan Iskan pindah ke daerah Jati Bening dan setiap hari lewat jalan ini, maka beliau tentu setiap hari akan turun ke pinti tol dan membebasakan kita dari tarif yang hanya seribu rupiah. Dijamin akan membuat jalan lebih lancar sedikit.

Salah satu cara ajaib lagi adalah membongkar saja pintu tol dan dijadikan gratis? Dijamin kemacetan di pintu tol tidak akan ada lagi karena pintu nya sudah tidak ada.

Yang lucunya adalah di tempat yang beberapa minggu lalu ramai dijaga oleh petugas untuk menghalau para komuter jati bening yang pernah ditulis oleh beberapa kompasianer , saat ini sudah ramai lagi dengan komuter dan bus yang berhenti.

Artinya para pejabat Jasa Marga ternyata membaca juga kompasiana dan kemudian mendengarkan keluhan dan penderitaan komuter Jati Bening sehingga mereka diperbolehkan lagi menunggu kendaraan di tempat yang banyak tanda larangan berhenti alias huruf S dicoret.

Bukankah benar kata-kata bijak bahwa di negri Indonesia yang merupakan negri paling berbudaya ini peraturan memang dibuat untuk dilanggar dan seandainya ada masalah mari kita pecahkan dengan membuat peraturan lain. He he...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun