Aksi solidaritas ini juga serentak dilakukan di berbagai kota di Indonesia. Di Rembang, Jawa Tengah, juga menggelar istighosah akbar oleh FNKSDA (Front Nadiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam) di Pondok Pesantren Raudlotul Thalibin asuhan KH. Mustofa Bisri.
Konflik Melawan Kaum Pemodal
Namun, perjuangan menjaga lingkungannya tetap lestari oleh warga ini justru dianggap sebagai kejahatan bagi pemodal dan penguasa. Pada hari mereka berderap menuju tapak pabrik semen untuk menghentikan kehancuran wilayahnya, mereka dihadang oleh aparat kepolisian dan tentara. Mereka dibubarkan secara paksa, ditangkap, namun tak menyerah. Hari ini, mereka masih menyatakan penolakan terhadap pendirian pabrik dan terus berjuang menyelamatkan ruang hidupnya.
Ancaman dari PT. Semen Indonesia terhadap wilayah ini sangat nyata; merusak kelestarian alam. Atas dasar kondisi tersebut, Solidaritas Surabaya Untuk Rembang menyampaikan tuntutan sebagai berikut:
- Menolak pendirian pabrik semen di Pulau Jawa.
- Menuntut PTUN Semarang mengabulkan gugatan masyarakat Rembang untuk mencabut Ijin Lingkungan PT. Semen Indonesia.
- Menuntut pemerintah untuk membatalkan skema MP3EI dan membuat kebijakan yang mampu menghentikan laju daya rusak investasi dan industri ekstraktif.
- Menguatkan Hak Veto Rakyat untuk menentukan status keselamatan ruang hidupnya.
- Menyerukan seluruh elemen masyarakat sipil untuk turut aktif mendukung perjuangan masyarakat Rembang.
Solidaritas Surabaya Untuk Rembang
Istirahat selesai, massa aksi duduk dan membentu lingkaran untuk berdiskusi mengenai kasus Pegunungan Kendeng ini. Acara dilanjutkan dengan musik akustik oleh beberapa kawan mahasiswa dari LAMRI Surabaya. Selesai dengan musik akustik, saya maju untuk membaca puisi yang saya buat beberapa hari lalu. Puisi saya bisa dilihat di sini.
Sumber rujukan: Press Release
Tulisan ini juga saya tulis di sini.
Surabaya, 27 Maret 2015