Di era 90an, ketika Serie A masih menjadi panggung utama sepakbola Eropa, para penikmat bola senusantara berkesempatan jadi saksi para maestro bola yang beraksi di sana. Lewat layar kaca yang hanya berjarak satu sentuhan tombol remote tv, kita bisa menyaksikannya.
Kemudian ketika popularitas EPL dan La Liga mulai merangsek naik dengan keglamourannya, kita juga dimanjakan oleh tontonan live tiap minggu. Belum cukup, event besar seperti Liga Champions hingga Piala Dunia tak pernah luput menjadi hiburan gratis di layar televisi.
Indonesia benar-benar surga bagi penikmat sepakbola. Warga negara lain yang harus merogoh kocek untuk menonton liga-liga top dunia via TV berbayar, sudah tentu iri dengan kita.
Saya ingat ketika penggemar sepakbola Indonesia pernah 'ditampar' oleh era komersialisasi sepakbola, liga-liga itu sempat sirna. Kita pernah mengalami periode sepi tontonan bola saat TV berbayar mulai masuk ke negeri ini. Kemudian mulai marak kafe-kafe yang menyediakan bigscreen yang menayangkan laga-laga sepakbola dari TV berbayar.
Penggemar sepakbola Indonesia sempat ngambek. Menuduh TV-TV berbayar itu sebagai perenggut kebahagiaan bagi yang tidak mampu berlangganan. Tapi dengan kekuatan pasar yang besar, akhirnya liga-liga itu datang lagi ke TV free to air nasional. Kita benar-benar beruntung.
Liga Eropa di Musim 2012-2013
Hingga musim ini berakhir, Indonesia masih menjadi surganya penonton sepakbola. Tapi sampai kapan kita bisa tetap menjadi surga? Selalu ada kekhawatiran, karena kita tahu hak siar televisi semakin menjadi nyawa bisnis bagi panggung sepakbola Eropa, panggung yang menjadi primadona sepakbola dunia.
Musim depan, 2012-2013, surga itu bisa terancam. EPL masih aman digenggaman MNC Group, tapi ini adalah musim terakhir mereka. La Liga dan Serie A sedang jadi rebutan TV-TV nasional, tapi tak ada yg bisa menjamin isi dompet mereka akan sesuai dengan harga hak siar yang pasti makin melejit. Di Liga Champions, suasana surga makin pudar setelah SCTV (sebagai pemegang hak siar yang baru) cuma sanggup menampilkan satu laga live tiap match day. Baca: Perubahan Hak Siar Liga Eropa.
Bagi yang mampu berlangganan TV berbayar, tak perlu bergalau ria soal ini. Tapi bagi yang cuma punya TV dengan antena kecil di rumahnya, dan cuma mengandalkan sepakbola sebagai hiburan tiap akhir pekan, kepudaran surga penonton sepakbola bisa jadi hantu galau yang mengancam kebahagian.
Masihkah Indonesia jadi surga penonton sepakbola? sebagai penikmat reguler olahraga sepakbola, saya agak cemas. Jangan tertawakan saya jika ini lebih membuat saya cemas dibanding naiknya harga BBM. Maafkan saya, karena hanya sepakbola yang mampu membuat saya bahagia.. :(