Salah satu pepatah yang terkenal adalah pengalaman adalah guru yang terbaik / paling berharga. Pepatah ini sangat populer di masyarakat. Apalagi jika seseorang tertimpa musibah, nasehat yang di terima salah satunya adalah pepatah tersebut. Tetapi, disadari atau tidak, pepatah tersebut memiliki efek samping yg 'sedikit' buruk. Mengapa ? Mari saya jelaskan dalam dialog antara saya dengan guru saya (beliau seorang akhwat) berikut :
G (guru) : dit, ustadzah mau curhat nih, boleh nggak ?
A (Aditya) : silahkan ustadzah, insya Allah saya bisa membantu.
G : Ustadzah lagi gamang nih, ustadzah kok susah yah nyari calon suami yang sesuai dengan kriteria ustadzah ?
A : Ustadzah punya pengalaman pahit tentang masalah ini ?
G : ada, orangnya ************** (permasalahan tidak perlu dijabarkan, demi kerahasiaan)
A : apa yang pertama kali terlintas di pikiran ustadzah ?
G : Pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dari sini, saya bisa menjawab pertanyaan guru saya, mengapa beliau susah mencari sosok suami idaman. Karena, efek psikologis dari pepatah pengalaman adalah guru yang paling berharga adalah rasa traumatis dan tidak ingin melakukan kesalahan yang kedua kali. Sehingga, rasa pesimistis untuk menatap masa depan lebih dominan daripada rasa optimistis. Andai saja pepatah hanya menyebutkan pengalaman adalah guru yang berharga / baik. Insya Allah setiap orang yang tertimpa musibah tidak merasakan efek traumatis berlebihan dan benar-benar mampu menjadikan pengalaman sebagai pelajaran dan tetap optimis melihat masa depan.
demikian artikel yang saya tulis. Sekali lagi saya ingatkan para pembaca jangan sungkan dan ragu untuk memberikan masukan kepada saya dan tulisan-tulisan saya. Saya siap untuk membuka diri.