Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Bagaimana Anak Belajar Berbohong?

16 Oktober 2013   16:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:27 186 2
Kenapa anak berbohong? Tentunya ada banyak alasan yang bisa membuat anak berbohong, bisa karena dicontohkan/disuruh oleh orang tuanya, merasa terdesak supaya tidak dihukum atau dimarahi (karena merasa takut), dll. Yang jelas, apapun itu alasannya, ada proses yang pada akhirnya membuat anak berbohong dan belajar bahwa jujur itu tidak penting.

Alkisah di sebuah sekolah. Ada seorang siswa, sebutlah namanya Fulan. Suatu ketika Fulan ketahuan mencuri uang temannya, lalu dilaporkan pada wali kelasnya. Wali kelasnya bertanya “Benar Kamu mencuri uang temanmu?”. Fulan pun jujur mengaku bahwa dia mencurinya. Setelah Fulan mengaku, sang wali kelas pun menghukumnya. Menghukum atas dasar kesalahan Fulan yang telah mencuri uang temannya. Hanya itu.

Setelah jam sekolah berakhir, Fulan kemudian bermain di sekolah. Tidak langsung pulang. Sebagaimana anak-anak pada umumnya. Bermain adalah sebuah ‘agenda’ wajib yang dinanti seusai jam belajar.

Setelah sampai di rumah, Fulan ditanya oleh orang tuanya perihal keterlambatan pulang. “Dari mana? Kenapa jam segini baru pulang?” Seperti sebelumnya di sekolah, Fulan jujur bilang pada orang tuanya bahwa dia main dulu bersama teman-temannya di sekolah. Karena tidak suka dengan tingkah anaknya yang telat pulang karena bermain dulu di sekolah, orang tua Fulan pun memarahi dan mengurung Fulan di kamar.

Lagi-lagi, Fulan dihukum karena kejujurannya. Meski kita berpendapat bahwa Fulan dihukum karena kesalahannya, tetap saja kejujuran Fulan dilihat tidak berharga ketimbang kesalahannya. Alhasil, ada hukuman atas kesalahan, tetapi tidak ada penghargaan atas kejujuran. Dengan begitu, untuk apa Fulan jujur?

Kisah seperti ini banyak terjadi di negeri kita. Tentang bagaimana guru dan orang tua yang tidak menghargai kejujuran anak, tetapi hanya melihat sisi yang tidak disukai, lalu menghukumnya. Sekalipun anak jujur untuk sesuatu yang tidak merugikan, sama saja, banyak tidak dihargai. Setelah anak jujur, berlalu begitu saja.

“Dek, tadi nemu dompet ini di mana?” (isinya masih utuh)
“Di dekat kursi, Pak.”
“Oh...”

Banyak juga kisah yang demikian, atau serupa dengan itu. Lagi-lagi, kejujuran kerap tidak dihargai, padahal kebanyakan orang tua menginginkan anaknya jujur. Ironisnya, malah ada orang tua yang menyuruh anaknya untuk berbohong, “Dek, ntar kalo ada telepon dari koperasi, bilang aja mamah lagi pergi ke pasar!” Tetapi bila yang dibohongi anak adalah orang tuanya, si anak malah dimarahi habis-habisan.

Begitu, begitu, dan begitu. Bisakah dibayangkan berapa kali anak dikondisikan untuk berbohong selama tahun demi tahun perkembangannya?

Hal ini diperkuat dengan situasi di masa-masa dewasa, entah itu di pergaulan atau di kantor. Kita bisa banyak mendengar tentang kisah orang-orang yang disingkirkan atau dimusuhi karena jujur di tempat kerjanya. Entah itu langsung dari pegawai kantor, berita, pekerja proyekan, office boy, dll. Dalam pergaulan pun begitu. Biasanya terjadi dalam hubungan lebih dari sekedar teman.

“Eh, lo deket ma dia?”
“Iya, kenapa gitu?”
“Iiiiihh... Kok Kamu deket ama cewek lain sih?!! Kamu kan cowoknya aku!!!”

Tuh kan. Lagi-lagi, sisi kejujurannya tidak dihargai. Ada ngambek untuk ‘selingkuh’, tetapi tidak ada penghargaan untuk kejujurannya. (Kalo cowok yang ‘diselingkuhin’ sih biasanya bukan ngambek, tetapi ngediemin, dan menjauhi, alias meninggalkan).

Umumnya kita sudah sepakat menginginkan putra-putri bangsa ini tumbuh dan berkembang sebagai orang-orang yang jujur, tetapi keinginan itu seringkali tidak selaras dengan cara kita membesarkan putra-putri bangsa ini. Alih-alih ingin menjadikan anak-anak sebagai figur yang jujur, justru malah melemahkan semangat mereka untuk jujur.

Sebenarnya penting bagi kita untuk sabar dalam teliti menyikapi hal-hal semacam tadi. Sungguh benar bahwa seseorang patut dihukum atas kesalahannya, tetapi seseorang juga patut dihargai atas sisi baiknya. Kesalahan dan kejujuran itu dua hal yang berbeda. Anak yang salah memang idealnya dihukum, tetapi bila anak jujur, idealnya anak juga dihargai atas kejujurannya. Bukan cuma menghukum kesalahan tanpa menghargai kejujurannya.

Jadi, bila kita ingin putra-putri bangsa ini menjadi sosok-sosok yang jujur, kita juga harus mau menghargai kejujuran mereka. Setidaknya untuk membuat mereka sadar bahwa kejujuran itu benar-benar berharga. Kita sama-sama berusaha!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun