Selain sebagai sebuah petualangan yang mendebarkan dan penuh tantangan, setidaknya, pengalaman tersesat menjadi sebuah ruang ujian. Yang diuji adalah kecakapan sosial manusia. Daniel Goleman menyebutnya "Social Intelligence". Apakah benar demikian? Kita lihat saja dalam pengalaman tersesat yang kita miliki masing-masing. Paling tidak, menurut pengalaman saya pribadi, pengalaman tersesat pasti akan dibumbui dengan tindakan bertanya kepada orang lain tentang alamat yang kita tuju. Ketika bertanya, saya bukan saja sekadar bicara tetapi juga membangun relasi singkat dengan orang lain. Buktinya, waktu bertanya, saya tidak boleh bersikap angkuh. Justru dibutuhkan kerendahan hati, hormat, dan sebagainya. Kalau saya sombong, pasti, saya tidak akan menemukan bantuan.
Itulah pengalaman tersesat. Ada suasana mendebarkan. Di sisi lain, ketika tersesat, yang unik, sadar atau tidak, kecakapan sosial kita sebagai manusia, diuji. Ujian itu penting mengingat komunikasi jaman ini direduksi ke dalam telepon genggam, jejaring sosial, dan sebagainya. Artinya, perjumpaan fisik dengan orang lain kadang, tidak dibutuhkan. Yang penting, komunikasi verbal. Oleh karena itu, dalam tawa, saya berpikir, perlu juga tersesat di jalan untuk menguji kecakapan sosial yang saya miliki.