Oleh : ADI PUTRA (Adhyp Glank)
-DPP KNPI-Ketua Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
-inisiator Kaum Muda Syarikat Islam
-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional
Dalam Pergaulan internasional Indonesia menekankan Gerakan Non Blok dan tidak menekankan pada kompleksitas pertikaian antar Bangsa, hal ini dibuktikan dalam peranan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan G20 pada 2022 di Bali.
Perkembangan dunia menjadi tolak ukur kebijakan luar negeri yang menjadi daya dukung perekonomian nasional, sehingga Pemerintah harus mengambil langkah tepat dan strategis dalam menempuh hubungan bilateral dan multilateral dengan penuh kewaspadaan.
Konflik Rusia dan Ukraina berefek pada proses saling embargo dan blokade ekonomi masing-masing pendukung negara, yang mengakibatkan goncangan perekonomian dalam hubungan kerjasama multinegara.
Pembahasan konflik Rusia dan Ukraina ditinjau dalam beragam perspektif menjadi penting untuk diutarakan sebagai masukan dan antisipasi bagi langkah Kebijakan Pemerintah Indonesia dikancah dunia, karena pastinya akan berimbas kepada sektor perekonomian Negara dan Rakyat didalamnya.
Memperhatikan Issue Militer Luar Angkasa yang dimotori oleh Amerika yang kemudian menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah China dan Rusia, menimbulkan beragam persepsi tentang aktifitas di ruang angkasa, yang dianggap sebagai ancaman bagi Rusia dan China, sehingga Militer China dan Rusia mempersiapkan counter space pencegah senjata nuklir.
Pandangan ke tiga negara (Amerika, Rusia dan China) saling mencurigai bahwa adanya indikasi ancaman bagi masing-masing negara, mengingat adanya Penarikan kesepakatan Anti Balistik Missile (ABM) dari pihak Amerika pada Tahun 2022.
Bukan hanya itu Amerika juga menjalankan Operasi Burnt Front pada tahun 2008, peristiwa ini menuai reaksi Rusia tentang ruang angkasa disaat Rusia dan Cina telah mencapai keseimbangan dan dianggap sebagai sesuatu yang dapat mengancam. Amerika diam-diam memperhatikan reaksi Rusia dan China disaat Presiden Amerika menetapkan kebijakan tentang Aktivitas Luar Angkasa.
Langkah Amerika satu langkah lebih maju dalam strategi Aktivitas Luar Angkasa, yang menimbulkan banyak spekulasi Pengamat Militer Dunia ketika persoalan ini hadir di masa damai yang semakin memperkuat persaingan antara Amerika dengan Rusia dan China saling Aksi dan Reaksi.
Di sisi lain tentang Politik Geografi Laut Cina Selatan yang begitu rumit, kontroversi antar negara atas batas fisik wilayah negara karena klaim bertebaran seiring perkembangan hukum internasional dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya dengan Negara-Negara di Asia dan Asia Tenggara.
Amerika bersama Nato kerap memanfaatkan hubungan lintas negara untuk menekan klaim dan tidak sedikit pelatihan militer digelar untuk menunjukkan eksistensi kekuatan militer dari masing-masing Negara, termasuk Indonesia di wilayah perbatasan yang bersentuhan langsung dengan Laut Cina Selatan.
Kompetisi Internasional dalam mengambil bagian dan peranan secara Politik Sektoral batas Negara, menjadi polemik dalam kristalisasi kedaulatan Negara-Negara Asia tenggara yang bersengketa dalam hal ini China.
Amerika mulai memainkan peranan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menuai pro kontra dari Negara yang merasa dirugikan yakni China, ini menambah deretan perang dingin yang terjadi antara Amerika dengan China.
Rusia dalam Zona Perimbangan memanfaatkan hubungan harmonis dengan negara-negara Asia tenggara yang terlibat dalam hubungan Bilateral dan multilateral, pendekatan Produktif dengan Aliansi Negara seperti ASIA AFRIKA dan G20, ini menjadi momentum penting bagi Politik Dagang Rusia dalam sektor ekonomi, Pangan, Sumber Daya dan Persenjataan.