Pilpres kali ini begitu seru. Sangat menegangkan. Walau saya dari sejak awal Jokowi menerima pencapresannya, saya sudah meyakini Jokowi akan menang, namun ada kalanya saya sempat merasa kalau Prabowo yang akan melenggang ke Medan Merdeka. Saat-saat itu adalah titik-titik kulminasi dari Black Campaign yang sedemikian rapinya sehingga terlihat, sangat mungkin memang dilakukan kubu Jokowi. Seperti Kasus Surat penangguhan pemeriksaan dari Jaksa Agung. Surat tersebut begitu rapi sehingga saya sendiri terkecoh. Sedangkan saat-saat lainnya adalah ketika dihadapkan kepada betapa fanatiknya orang-orang yang mendukung Prabowo. Saya menciptakan sebuah metode yang saya gunakan untuk menganalisis keberpihakkan suatu media online. Dengan melihat tendensi para pemberi komentar. Namun metode ini jadi tidak berguna ketika media-media online terlalu tendensius arah komentarnya kepada salah satu calon. Kemudian saya mengetahui tentang keberadaan Panasbung dari liputan majalahdetik. Dengan demikian menjadi absurd utk mengetahui peta dukungan secara murni dari media online. Namun media sosial pun demikian. Facebook dan Twitter pun kemudian terkontaminasi. Teman-teman saya yang saya yakin bukan tim sukses atau orang bayaran, kemudian secara fanatik mendukung salah satu calon (yang manapun itu) dengan cara meneruskan berita yang dibuat akun lain (yang saya rasa merupakan akun jaringan panasbung). Dengan kata lain tensi media sosial jadi memanas dan sudah tidak kentara utk dapat melihat secara objektif bagaimana peta dukungan sebenarnya berbentuk. Disaat-saat ini lah saya merasa Prabowo mungkin akan menang karena besarnya dukungan di sisi Prabowo, termasuk dari yang diteruskan teman-teman saya.