Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Tulisan Pertamaku

20 Oktober 2012   04:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:36 225 0
Kisah pertama
Tangis dan maaf takkan pernah bisa menebus kesalahan zahira, yang kini terbungkam tertunduk malu di taman sekolah, semua menatap sinis kearahnya, tak satu pun sudi menghampirinya, kecuali laki-laki berlesung pipi indah itu, dengan senyum ramah yang terpancar di bibirnya,pemuda itu mencoba menghapus kemurungan dalam hati zahira.
“van,, pergilah aku mohon, tinggalkan aku sendiri’ pinta zahira dengan nada memelas beriringan dengan air matanya.
“kenapa Ra..? kenapa aku harus pergi? Aku sahabatmu, apa salah seorang sahabat datang ketika temannya sedang terluka?” bujuk rivan
“van…aku…-“
“sssssstttt……. Sudahlah Ra kita bisa melewati ini bersama “ hibur rivan
“ sikapmu yang seperti ini van, yang membuatku menjadi manusia yang tidak punya hati.”
“siapa bilang Ra?, sudahlah Ra tidak semuanya ini adalah kesalahanmu, tak ada yang bisa melarang kita berteman, ini haksemua orang”,tegas rivan
“ tapi van, fani itu teman aku, tidak seharusnya aku menyakiti perasaannya seperti ini, harusnya aku sadar dan tidak melanjutkan persahabatan kita ini,….”
“ zahira,,, kamu menyesali persahabatan kita?”
“ entahlah…….”
Mata rivan memerah, menatap tajam kearah zahira yang masih dalam tunduk dan tangisnya, sementara di kejauhan sana, di balik pintu kelas seorang gadis berseragam SMK, kerudung yang putih yang menutupi wajahnya berubah menjadi merah padam menahan amarah dan kebencian pada zahira dan rivan yang sedang duduk berdua di taman sekolah yang tak jauh dari kelas tempat dia berdiri “penghianat” celetuk gadis itu sambil meremas kertas ulangannya dan bruggg….. pintu kelas langsung di banting dan ia berlari ketempat duduk sambil menangis. Dia adalah fani, yang kini terus mencaci maki dirinya sendiri, kenapa waktu itu dia memilih zahira sebagai sahabatnya,
Teringat kejadian 1 tahun yang lalu, saat ia pertama kali bertemu rivan di kegiatan eskul drama, fani sudah jatuh cinta pada rivan, fani selalu berusaha merebut perhatian rivan, tapi laki-laki yang cukup populer di sekolah itu masih jutek dan sangat cuek pada fani, setiap hari mereka bertemu, perasaan fani semakin dahsyat dan menggebu tapi sudah 6 bulan berlalu fani belum juga mendapatkan perhatian rivan, malah rivan masih angkuh saja padanya, mencoba untuk sabar dan bersama kawannya sajalah ia bisa berbagi kisah tentang rivan,
“Ra, aku kepikiran dia terus?” ucap fani
“akh,,,,, kamu ini ada ada aja fan, kamu kan sudah punya rudi, kenapa juga masih mikirin rivan? Emangnya seperti apa sich rivan itu, sampai buat kamu jadi mabok kaya gini?” jawab zahira yang sibuk dengan tumpukan buku dan tugasnya.
“rivan itu keren ra…. Gayanya modis dan kalau senyum nich ra,, beuhhhh bikin luluh lantah hati aku dech,,,” ucap fani
“ lebay akh,, kamu ini fan, kalau menurut aku sich fan, kamu bukan lagi jatuh cinta tapi lagi mabok he..he..” ujar zahira
apapun namanya aku ga peduli mau mabok kek, apa kek, yang penting aku pengen rivan jadi cowok aku Ra titik” ucap fani
“dich????? Tu mah ambisi namanya fani bukan cinta” ujar zahira
“yeeee…. Kalo aku ga jatuh cinta terus kenapa aku kepikiran dia terus dongRa?” Tanya fani
“ karena kamu kebanyakan bengong kali fan, jadi jin pencari cinta masuk dech,,, hi,,, seyem” jail zahira
“ngaco kamu Ra, “

“ ya udah jangan ngomongin cowok mulu lah, mending kita belajar buat ulangan stenografi besok”
“Ra….. ra…. Itu dia orangnya” teriak fani sambil menarik pundak zahira yang masih saja tertunduk tak tertarik pada ucapan fani.
“dia siapa?”
“ rivan Ra…. Tutup dulu atuch bukunya…..” kesal fani
“ ya maaf maaf,,,,, habis lucu sich kamu kayak cacing ke panasan gitu ngeliat rivan doang juga “ goda zahira
“diem dulu, bawel…. Kamu udah liat belum?”
“belum,,,,,, emang yang mana sich Fan?”
“ yang itu loch Ra, yang pake switer warna putih, mau jalan kearah sini, haduch….. awas kamu jangan bawel yea,,,,, dia makin deket deg-degan nich,”
Zahira menoleh kearah pemuda yang melintas dihadapanya dan betapa tersentaknya zahira melihat wajah rivan.
“kak Rio?....” kata itu keluar begitu saja dari bibir zahira.
“bukan kak rio, dodol itu rivan, R I V A N PERMANA “ ngelantur aja nich si kutu buku.
“ oh … ia.. eh aku lupa, maksud aku.. aku lupa tadi kak rio sms, nitip minta beliin pulpen, aku ke koperasi dalu ea Fan? Dah…..”
“ kenapa sich tu orang? Ko jadi kumat anehnya, bodo akh…… emppp rivan cakep banget sich,,, pangeranku,,,,,, “ ujar fani
Zahira berlari menuju koperasi, setiba di depan koperasi “ aduch,,,, kenapa jadi kesini yah? Akh..gara-gara cowok yang mirip kak rio tadi nich aku jadi bohongin fani,” sesal zahira
“ mau beli apa Ra?” Tanya ibu petugas koperasi
“ oh…. Engga bu, saya Cuma pengen main disini, bolehkan bu?“ jawab zahira asal
“ ya duduk aj Ra temenin ibu disini” ujar ibu tini penjaga koperasi
“ haduch kenapa aku jadi suka bohong gini, tapi kenapa rivan itu mirip sekali dengan kak rio,,, kak rio kamu dimana sekarang? Ira kangen sama kaka, Kak sekarang ada orang yang mirip sekali denganmu,,,, aku semakin tidak bisa melupakanmu” lamun zahira
“hei,,,,, ko bengong?Entar mati loch kaya ayam tetangga saya.”Ujar pemuda berswiter putih membubarkan kekacauan hati zahira.
“ eh.. kamu”
“ dich,,,, nangis? Lagi patah hati ea?”
“hemp engga ko”
“kamu zahira kan ? “ Tanya rivan
Zahira tersentak heran kenapa rivan bisa tahu nama dia. “ ga usah kaget gitu , siapa sich yang engga tahu sama penjaga perpus sekolah ini, kecuali siswa yang anti buku x,, heehee” ujar rivan ramah
Zahira hanya tersenyum dengan hati hambar. tapi dari peristiwa itu rivan dan zahira dekat, rivan mulai menyukai kesederhanaan zahira, bagi zahira rivan adalah bayangan rio yang dikirim tuhan untuknya, dan bagi rivan zahira adalah teman yang sangat menyenangkan yang mampu memberi motivasi dan memberi nilai positif untuk kehidupan rivan sekarang, sedikit demi sedikit luka hati zahira tentang impian kak rio luntur, kini ia lebih menikmati kebersamaanya bersama rivan, persahabatan mereka yang makin hari makin erat ternyata membuat luka di hati fani,,,, dan kini fani sangat membenci zahira.
Entah setan apa yang merasuki otak zahira, hingga ia begitu lama hanyut bersama kebahagiannya, ia tak sadar ada sebuah hati yang tersakiti atas persahabatan ini, dia hanya merasa bahagia saat rivan bersamanya, rivan sudah menjadi bagian dari hidupnya, setiap hari tak lepas dari kirim-kiriman pesan singkat antar zahira dan rivan. Hadirnya rivan bagi zahira adalah sebuah air ditengah tandusnya hati zahira semenjak rio pergi,,, hingga barulah ia tersadar betapa egoisnya dia?
Seusai praktek komputer “ fan,, tunggu ,,,,” teriak zahira
Tapi fani terus melangkah menjauhi zahira, zahira tak menyerah dan mengejar fani.
“fan,,, kenapa kamu jauhi aku seperti ini?”
“pikir aj sendiri..?” fani terus berjalan.
“fan tunggu, aku bisa jelaskan.” Ringis zahira
Fani menghentikan langkahnya dan menatap sinis kea rah zahira, kemudian kembali berjalan,
“ fan, aku minta maaf, tapi percayalah aku sama rivan hanya berteman, pleas fan maafkan aku, ,,” pinta zahira
Fani masih terdiam
“ fan, apapun mau aku lakukan asal kamu maafin aku..?
“ nyebur kolem, kamu mau?” ketus fani
“fan…-“
“ ga berani kan ? jadi jangan sok dech,,”
“ maaf fan bukannya aku mau ikut campur mengenai masalah kamu dan zahira, tapi sebagai sahabat kalian, aku ingin menengahi saja, fan kamu harus ingat satu hal, ketika awal pertama kali kedekatan zahira dengan rivan, bukankah ia sudah minta ijin padamu untuk menjadi sahabat rivan, dan bukankah kau mengijinkan? Dan kenapasetelah zahira jadi sahabat rivan sikapmu aneh begini?” ucap lena sahabat fani dan zahira yang kebetulan dari tadi mengikuti zahira dan fani.,, dulu sebelum zahira berani mengatakan tentang perkenalannya dengan rivan pada fani lena lah orang yang pertama yang menyimpan kisah zahira dan akhirnya lena menyarankan zahira untuk jujur pada fani, meskipun zahira dan rivan hanya berteman tapi rasanya cukup tak adil bagi fani yang sama sekali tak diacuhkan rivan, dan pada sore itu setelah selesai kelas fani dan zahira bermain di taman, dengan bantuan lena akhirnya zahira bisa menjelaskan awal mula kedekatannya dengan rivan selama ini pada fani,

‘kalau kamu tidak suka aku berteman dengan rivan, aku akan jauhi rivan sekarang juga” kata zahira sore itu di taman sekolah , matanya sembap dan penuh keringat dingin tubuhnya, baru kali ini ia merasa begitu berat untuk jujur dan mengakui suatu hal, tapi bukan zahira jika mampu tenang menyenbunyikan sebuah kebohongan, ia selalu teringat pesan ibunya bahwa jujur adalah suatu kewajiban, jangan pernah mencoba untuk berbohong meskipun satu kali karna satu kebohongan kecil itu akan membuatmu melakukan kebohongan lain untuk menutupinya.
“ ga perlu ko Ra, malah aku akan kasih kamu empat jempol kalau rivan bisa care sama kamu, yah jujur aku sakit hati, tapi ya toh aku juga kan punya rudi, tapi asal kamu tahu Ra kalau kamu suka sama dia yang ada kamu hanya akan sakit hati terus” jawab fani dengan mata agak merah seperti menahan tangis. Zahira tahu belum sepenuhnya fani ikhlas melepas rivan begitu saja tapi dia sudah cukup lega karna tak ada lagi yang ia sembunyikan pada sahabatnya. Tapi lain ceritanya dengan hari ini fani malah benci pada zahira
“ kamu inget kan fan?” Tanya lena yang memecah keheningan di depan lab computer .
Fani tiba-tiba diam dia teringat tentang ucapannya tempo lalu pada zahira di taman. Tapi rasa sakit hati dan cemburunya melihat zahira yang begitu akrab dengan rivan tidak membuat secepat itu fani menerima persahabatan zahira dan rivan.
“ tapi aku sakit hati len, coba kamu bayangin kalau jadi aku, gimana perasaan kamu kalau kamu lagi jalan sama zahira dan ketemu cowok yang kamu suka, tapi dia Cuma nyapa dan senyum sama zahira doang, terus di anggap apa aku ini,patung len? Dan belum lagi aku harus melihat zahira bisa duduk bersama rivan dan teman-temannya di taman sekolah hampir setiap hari, aku cemburu len, kenapa harus zahira yang di pilih rivan “ ujar fani sambil menangis
“maafkan aku fan” pinta zahira
Tapi Fani meninggalkan zahira yang belum selesai menjelaskan, “ fan ,,,oche ini semua salahku,, aku mohon maafkan aku fan……”
Fani maafkan aku, maafkan aku,,,,, tertunduk lusuh zahira kini dijalan setapak yang mirip dengan terowongan rumah sakit ini, yang disebelah kanannya terdapat 3 buah empang kecil, yang menjadi saksi bagian kisah zahira,,,,, zahira akhirnya memilih menjauhi rivan, dan itu tidak berhasil ia dan rivan pun tak mengerti kenapa mereka kini tak mampu berjalan sendiri-sendiri seperti sebelum saling mengenal, tapi sayap cinta merangkul begitu saja, siapapun tak mampu menolaknya,,,,,
Tet…….. tet….tet…. semua siswa yang di luar kelas, yang sedang asyik nongrong di taman, yang sedang nunggu antrian bakwan ma uni, semuanya berlari menuju kelas masing-masing, begitu pun zahira ia bangkit mengumpulkan keberanianya kembali, melupakan masalah fani dan rivan sejenak, dia tidak boleh lupa dengan cita-citanya, meski badai apapun yang mengguncang, konsentrasi belajar tidak boleh tergangguitulah prinsip zahira, karna bagi zahira senyuman mamah adalah tujuan hidupnya. rivanpun kembali kekelasnya,,,,
Ada rasa yang harus diakui zahira bahwa ia menyimpan sesuatu pada rivan, rasa ini yang membuat zahira semakin merasa bersalah pada fani, hari-hari zahira kini tak seceria dulu, takada lagi fani yang mau menjadi sahabatnya, ia pun terus menghindari rivan hingga sampai pada hari itu,,,, hari dimana takkan pernah terlupakan oleh zahira,,,seperti biasa sepulang sekolah zahira harus menjaga perpustakaan sekolah, semua siswa kelas XII telah pulang kecuali hanya beberapa orang yang aktif dalam kegiatan eskul saja, dan masih seperti biasa rivan mengunjunginya dan rivan memberikan sebuah hadiah kecil berupa buku bacaan, hadiah itu diberikan rivan karena zahira memenangkan permainannya minggu lalu , apabila diantara mereka mendapat nilai uts yang sempurna maka harus mendapatkan hadiah dan rivan menepati janji nya pada zahira , zahira semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang ia mainkan dengan rivan, bukan seperti peran seorang sahabat biasa ,, rasanya zahira sudah bosan untuk berusaha menghindar atau pergi dari kehidupan rivan yang akhirnya malah menguatkan persahabatan mereka. Di balik meja jaganya zahira menulis sebuas surat kecil untuk fani,
“ fani….. maafkan aku,
Aku tahu kesalahanku cukup besar sehingga tak mampu mengembalikan kedekatan kita seperti dahulu, aku tahu kamu masih marah terhadapku, dan aku takkan pernah bisa memaafkan diriku sendiri yang mengijinkan cinta itu datang menguasaiku, tapi fan,, sungguh ini di luar kuasaku, aku tak pernah berniat ingin mengecewakanmu sedikitpun, dan aku juga tak pernah terpikir mau merebut rivan darimu mungkin kau menilaiku sebagai penghianat tapi sungguh aku telah berusaha menjauh dari rivan tapi tak berhasil seperti ada kekuatan lain yang menyatukan kami, dan sungguh aku pun berterima kasih padamu karena dari kisah yang begitu pahit ini aku menemukan rivan yang ku anggap anugerah tuhan yang terindah untukku,,,, karna kisahmu aku masih bersama rivan hingga hari ini, meski rasa bersalah itu masih saja menyelimuti, aku bisa meminta rivan untuk menjauhiku, tapi aku sungguh tak mampu memaksanya untuk mencintaimu, rivan bukanlah sebuah medali yang harus kita rebutkan, sekali lagi aku mahon maafkan aku, karna rasa sakit ini menjadi beban untukku….maafkan aku fani……”
biarlah zahira bergelut bersama rasa bersalahnya, dan biarlah tuhan yang menyembuhkan hati fani ,,,,,,,,,,,,,,,, keegoisan zahira hanyalah sebuah kekuatan cinta, dan kemarahan fani adalah cukup menjadi cambuk, tuhan tidak akan sia-sia menyematkan rasa kasih sayang di hati manusia, begitu pun pada hati fani, zahira dan rivan, tuhan yang menyisipkan cinta di hati manusia, dan tuhan pula yang akan menghilangkannya ketika cinta itu telah habis waktunya, hanya tuhan yang mampu sembuhkan hati fani dan hanya tuhan pula yang mampu menjawab rahasi penganugerahan perasaan itu, …………………………………………………
(cerita ini hanyalah sebuah fiktif belaka yang ku tulis pada masa putih abu-abu, terima kasih sahabatku yang sudah menginspirasiku untuk menulis kisah ini, mohon maaf jika ada KESALAHAN ….) karya : adinzahratussyita (indah ismiyati)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun