Adinda Putri Sabrina, Neni Srigunarti, M.si., apt
Prevalensi penyakit asam urat di dunia mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010 bahkan hingga saat ini. Indonesia termasuk kedalam negara yang memiliki tingkat penyakit asam urat yang cukup tinggi. Prevelensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia 34 tahun kebawah sebesar 32% dan penelitian yang dilakukan oleh Ahimsa & Karema menunjukan lonjakan hiperurisemia tertinggi terjadi pada etnis sanghile di pulau Minahasa sebesar 29.2%. Selanjutnya, pada tahun 2009 Raka dan dkk melakukan penelitian mengenai prevelensi hiperurisemia di pulau bali hasil penelitian tersebut menunjukan penderita hiperurisemia mencapai 14.5%. Lonajakan tertinggi pula terjadi pada pulau jawa, penelitian yang dilakuakn oleh nakes menunjukan bahwa jawa barat memiliki tingkat penderita asam urat hingga mencapai 32.1% (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa dari 81% penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% sisanya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran (Riskesdas, 2013). Diketahui, penggunaan obat bebas pereda nyeri tanpa anjuran dokter sangatlah berbahaya bagi kesehatan tubuh. Terdapat efek samping jangka panjang yang mengancam kerusakan sistem jaringan mediator inflamasi pada tubuh. Sehingga dapat mengancam keberlangsungan hidup pengkonsumsinya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, penggunaan obat-obatan tradisional bisa dijadikan alternative sebagai salah satu cara untuk mengobati hiperurisemia. Bahkan pada saat ini penggunaan obat-obatan tradisonal menjadi salah satu pengobatan yang paling dicari oleh dunia. Selain karena pengolahanya yang praktis pengobatan tradisional pula meminimalisir timbulnya efek samping untuk jangka panjang bagi kesehatan manusia.
Daun sungkai (Peronema Cannascens Jack) merupakan salah satu daun yang telah terkenal memiliki seribu manfaat bagi kesehatan manusia (Soetisna, 2005; Imelda et al., 2007; Ahmad and Ibrahim, 2013; Pada et al., 2013). Ragam kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh tumbuhan ini menjadikan ia memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Senyawa metabolit sekunder yang ditemukan pada ekstrak P. Cannascens ini yaitu berupa flavonoid, alkaloid, steroid, fenolik, tanin, dan saponin.
Senyawa yang berperan sebagai antihiperurisemia dari daun P. Cannascens ini adalah senyawa flavonoid. Flavonoid diketahui dapat menurunkan kadar asam lemak dengan menghambat aktivitas enzim XO (Fitri dkk, 2017; Roumeliotis dkk, 2019). Hasil penelitian dari Latief dkk, 2021 menunjukan bahwa ekstrak etanol dari daun sungkai memilliki aktivitas sebagai antihiperurisemia dengan menggunakan hewan uji berupa mencit penelitian menunjukan bahwa dosis  yang  paling baik  dalam  menurunkan  kadar  asam  urat  mencit adalah  pada dosis  500 mg/KgBB dengan persen penurunan 38,66%.
Dari hasil penelitain tersebut maka dapat dikatakan bahwa daun sungkai memiliki aktivitas sebagai antihiperurisemia yang baik. Pemanfaatan daun sungkai ini bisa digunakan sebagai alternative dari pengobatan asam urat sehingga bisa meminimalisir penggunaan obat bebas yang dilakukan oleh para penderita. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk mengkonsumsi daun sungkai sebagai minuman herbal.
Pilih daun sungkai yang muda dan segar sebanyak 7 helai daun untuk 1 gelas
Cucilah daun hingga bersih agar terhindar dari kotoran dan kuman
Daun yang telah bersih dimasukan kedalam wadah, kemudian dicampur air dengan takaran dua gelas ukur yang sedang
Direbus air tersebut hingga menyusut menjadi takaran satu gelas
Lalu tiriskan dan saring
Minuman herbal daun dungkai siap dikonsumsi. Bisa ditambahkan madu sesuai selera.
KEMBALI KE ARTIKEL