Sosok Mbah Maridjan sangatlah dekat dengan kami, tahun 2009 lalu saya bersama teman sempat mengunjungi objek wisata KaliAdem, kami melewati rumah Mbah Maridjan, kami lihat beliau sedang duduk santai, kami menyambanginya,meski belum pernah berjumpa sebelumnya, tapi secara tidak langsung seakan-akan simbah sudah mengetahui maksud kedatangan saya, dengan ramah simbah mempersilahkan kami duduk disampingnya, simbah berkata " merapi kuwi gemati karo penduduk kene, penduduk kene tresno karo merapi, awak'e dewe urip seko gusti pangeran lan merapi, ngopo podo wedi, merapi iki umahe manungso, sepatute kito kabeh biso jaga titipane gusti pangeran, maksiat ilakono, do tobat kabeh, njaluk pitulungo" belum sempat kami berbicara apapun, simbah sudah bicara seperti ini, kami hanya terdiam dan berusaha memaknai ucapan simbah, seandainya merapi bisa bicara, mungkin kata-kata seperti ini juga yang akan dikatakan, simbah sangat ramah,yakin, dan percaya pada firasat yang simbah miliki, menurut mungkin simbah adalah gambaran merapi. tapi apakah saat seperti ini firasatmu masih benar mbah?? apakah simbah masih tidak percaya pada ahli-ahli yang selalu mengawasi gerak-gerik merapi mbah?? sebelum merapi meletus tadi malam, simbah masih kukuh tidak mau mengungsi, kami selalu melihat tayangan televisi yang menyiarkan langsung dampak dari letusan merapi, simbah... kami bisa melihat hancurnya istanamu mbah, kami melihat itu semua, simbah.. apakah simbah selamat mbah?? kami sampai saat ini khawatir denganmu, ada laporan reporter berita yang menyebutkan bahwa simbah selamat tapi dalam keadaan kekurangan oksigen, tetapi ada reporter lain yang mengatakan bahwa tim SAR menemukan simbah sudah meninggal di dalam kamar dengan posisi sujud mbah?? apa itu benar, mreka mengatakan bahwa ciri-cirinya memakai baju batik, bukankah waktu itu simbah menemui kami dengan baju batik juga, mbah... kami selalu berdo'a semoga simbah selamat dalam bencana itu, tapi jika kabar ini benar semoga keadaan simbah yang sedang sujud ini sedang mendo'akan semua penduduk dan berusaha untuk menenangkan merapi, meskipun usahamu belum berahasil, tapi kami bangga kepamu mbah, mbah... kami ini cucumu yang sedang menumpang mencari ilmu di sini mbah, semoga simbah meridhoi kami mbah, jika benar berita itu, kami akan berusaha tegar menerima ini semua, seperti katamu mbah, semua yang ada di sini adalah titipan.