Saat ini merupakan era informasi dan digital, meninggalkan era industri dan agraris. Peradaban manusia telah berkembang dan berubah dalam hitungan detik. Sementara disatu sisi masih banyak diantara para orang tua yang masih jauh tertinggal dengan cepatnya kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK telah banyak membawa perubahan dalam berbagai bidang , ekonomi, sosial, budaya dan kemudahan serta kecepatan dalam bidang informasi dan transportasi. Tetapi dibalik itu semua, perlu diwaspadai dampak negatif yang ditimbulkannya dengan membendung kemerosotan moral anak-anak secara bersama-sama.
Ketika anak-anak telah mengenal dan dapat memanfaatkan kemajuan yang dihasilkan dalam era sekarang, sepatutnya para orang tua mampu sedikit mengenal dan mempelajarinya. Sebab apabila tidak mau tertinggal jauh dengan perkembangan IPTEK, pastilah tidak ada hari tanpa belajar.
Agar orang tua dapat menjadi pelatih yang baik dan efektif di bidang ini, mereka harus memiliki pemahaman yang cukup baik tentang dasar-dasar kecerdasan emosional. Sewaktu anak-anak tumbuh, pelajaran-pelajaran emosi khusus yang siap mereka terima dan mereka butuhkan berubah-ubah. Beberapa keterampilan emosional tertentu diasah dengan teman-teman selama bertahun-tahun, orang tua yang terampil secara emosional dapat sangat membantu anak dengan memberi dasar keterampilan emosional seperti belajar bagaimana mengenali, mengelola, dan memanfaatkan perasaan-perasaan, berempati, dan menangani perasaan-perasaan yang muncul dalam hubungan-hubungan mereka.
Dalam ajaran moralitas dan etika label agama tidaklah penting. Setiap agama memiliki aturan moralnya sendiri untuk mengatur perilaku manusia agar orang bisa hidup bersama sebagai manusia beradab, memiliki sikap saling hormat menghormati, saling melindungi, solidaritas dan dukungan moral. Orang tua yang teladan berarti orang tua yang dapat memberi kasih sayang, perlindungan, perhatian, empati, keteguhan, kejujuran, pengertian, rasa aman, dukungan dan pujian kepada anak-anaknya.
Tujuan akhirnnya tentu adalah untuk membentuk akhlak mulia dari seorang anak. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral. Keluarga merupakan wadah utama dan pertama sebagai tempat penggodokan moral bagi anak-anak, maka tidaklah salah apabila dikatakan bahwa keteladanan orang tua juga merupakan teladan yang utama dan pertama bagi anak-anak mereka.
Ada tiga gaya mendidik anak yang secara emosional pada umumnya tidak efisien, yaitu:
Sama sekali mengabaikan perasaan. Orang tua semacam ini memperlakukan masalah emosional anaknya sebagai hal kecil atau gangguan sesuatu yang ditunggu-tunggu untuk dibentak. Mereka gagal memanfaatkan momen emosional sebagai peluang untuk menjadi lebih dekat dengan anak, atau untuk menolong anak memperoleh pelajaran-pelajaran dalam keterampilan emosional.
Terlalu membebaskan. Orang tua ini peka terhadap anak, tetapi berpendapat bahwa apapun yang dilakukan anak untuk menangani badai emosinya sendiri itu baik adanya, bahkan dengan cara memukul. Seperti orang tua yang mengabaikan perasaan anaknya, orang tua jenis ini jarang berusaha memperlihatkan pada anaknya respon-respon emosional alternative. Mereka mencoba menenangkan semua kekecewaan dan misalnya mengguanakan tawar menawar serta suap agar anak berhenti bersedih hati atau marah.
Menghina. Hal ini tidak manunjukkan penghargaan terhadap perasaan anak. Orang tua semacam ini biasanya suka mencela, menngecam dan menghukum kerasanak mereka. Misalnya mereka mencgah setiap ungkapan kemarahan anak dan menjadi kejam bila melihat tanda kemarahan paling kecil sekalipun. Mereka adalah orang tua yang akan berteriak dengan marah pada anak yang mencoba menyampaikan alasannya. (Daniel Goleman, 2001).
Dibalik semua kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu penngetahuan dan teknologi, dunia jauh dari aman dan damai. IPTEK sesungguhnya telah membuat kehidupan manusialebih tidakk aman dan damai disbanding sebelumnya. Jika tidak ada pendidikan moralitas (budi pekerti) yang sejalan dengan maslah manusia, maka kelangsungan peradaban manusia itu sendiri menjadi berbahaya.
Sekali lagi peranan orang tua dalam membangau moralitas, membentengi anak-anaknya sedini mungkin dari pengaruh negatif yang datang dari lingkungan eksternalnya., serta member bekal yang cukup agar anak-anak mereka tetrhindar dari perbuatan-perbuatan asusila, criminal, obat-obat terlarang dan lain-lain, harus dimulai sedini mungkin dari lingkkungan keluarga. Filsuf John Dewey menganggap bahwa pendidikan moral paling ampuh bila diajarkan kepada anak-anak dalam pagelaran peristiwa nyata, bukan sekedar sebagai pelajaran abstrak.
Oleh karenanya orang tua harus memberikan tanggung jawab kepada anak-anaknya, agar anak lebih berdisiplin dan mampu mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.
Contoh tanggung jawab untuk melatih anak yang diberikan orang tua yaitu, selalu memberi salam bila pergi dan tiba dirumah, selalu minta ijin kepada orang tua bila bermain keluar rumah. Ini perlu ditekankan kepada anak karena orang tua harus tahu dimana mereka berada dan dengan siapa mereka bermain atau pergi, melaksanakan ibadah dengan baik dan tepat waktu, merapikan sendiri tempat tidur, meja belajar, buku pelajaran dan pakaiannya, meminta ijin sebelum menggunakan sesuatu yang baru atau sesuatu milik orang lain, menghadap orang yang sedang mengajak berbicara, membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan, dan masih banyak contoh lain yang dapat diajarkan orang tua kepada anak-anaknya.
Walaupun kelihatannya kecil dan sepele, tetapi perlu ditanamkan sejak dini agar tercipta kebiasaan hidup positif serta kedisiplinan terbentuk dengan baik. Terpenting bagi orang tua orang tua adalah bahwa orang tua harus menngajarkan dan membimbing anaknya, tidak hanya dengan aturan tetapi juga harus disertai contoh nyata. Beri mereka pelajaran bagaimana menghormati orang yang lebih tua dan orangn tua. Dengan contohlah anak bisa belajar dan mengingat dengan cara terbaik.