Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Antara Surga dan Neraka : harus bisa lihat peluang...

7 Agustus 2011   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 306 0
[caption id="attachment_127495" align="aligncenter" width="300" caption="antara surga dan neraka"][/caption] Ah, akhir-akhir ini aku berubah menjadi pemalas. Hidupku cuma berkisar antara tempat tidur, kamar mandi, meja makan dan televisi plus komputer. Jarang sekali aku keluar dari rumah. Lalu, pertanyaan yang menghantuiku, apa aku ini sedang hidup ?

Yah, boleh dibilang aku ini sama saja mati. Tidak juga. Sebab mati, kan bahasa lain dari tidur. Mati berarti tidak bisa lagi makan banyak. Tapi aku masih bisa makan banyak. Toh, aku juga banyak tidurnya. Jadi, aku, seperti orang bilang, mati segan hidup pun tak mau. Yah, inti dari hidup kan perbuatan. Kalau perbuatan kita banyak baiknya, menurut ajaran agama, kita pasti masuk nirwana atau jannah a.k.a surga. Sebaliknya, kalau jeleknya lebih banyak, pasti masuk nar a.k.a neraka (jahanam). Nah, kalau aku cuma bolak-balik makan, tidur, ke kamar mandi, nge-net, dan nonton, itu masuk surga atau neraka ya ? Masak, ada tempat di antara surga dan neraka ? Yah, tempat itu pastilah berwujud ruangan yang putih bersih, tidak ada apa pun kecuali aku dan orang-orang sepertiku. Apa yang aku lakukan di sana ? Tidak menerima kesenangan juga tidak menerima siksa. Hehehe, ya ampun, tempat macam apa itu.

Bisa jadi tempat itu ada. Kata orang-orang, kalau perbuatan jelek dan baik kita sama banyaknya, kita akan “dicuci” terlebih dahulu. Semua dosa kita dibersihkan lalu tersisalah kebaikan kita. Barulah kita akan masuk surga. Lah, masuk akal, sih. Cuma aku sih nggak mau dimasukin mesin cuci macam begitu. Masuk surga ya masuk surga. Neraka ya neraka. Tapi boleh juga sebenarnya konsep “laundry akherat” model ini. Namun, masalahnya ini, aku tidak melakukan apa pun. Maksudku, aku cuma makan atau tidur saja. Kan, susah diukur baik atau buruknya. Apa makan itu perbuatan baik ? Apa tidur itu perbuatan buruk atau sebaliknya ? Tidak kan ? Mungkin ya, bila kita itu makan yang haram. Atau meniduri seseorang. Tapi dalam kasusku, tidak, ah. Aku tak pernah dekati makanan yang haram-haram. Apalagi meniduri seseorang. Itu bagaimana ya menimbangnya ?

Itu masa depan yang suram. Cuma, membayangkan apakah aku di surga atau neraka atau di “laundry” atau malah di ruang hampa bisa membuatku deg-degan. Ugh, keder juga menghadapi masa yang akan datang. Maka pikiranku, kenapa tidak kita jalani masa ini saja dengan apa adanya. Tuhanku yang akan menentukan, apa tidur itu dosa atau pahala. Namun, aku musti bersiap-siap menghadapi semuanya. Bayanganku, jika aku masuk surga, mudah-mudahan, aku harus menyiapkan baju gembel. Siap-siap jadi pengemis di surga. Pasti aku jadi orang paling kaya di surga. Hehehe, banyak orang mulia kan di surga. Ya ampun, bakalan makmur, lah. Terus, kalau aku masuk neraka, wah ini dia peluang. Aku bakal jualan es campur. Pasti laku.....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun