Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Empat Negara "Terkasih" Amerika, Indonesia Dimana?

19 Oktober 2012   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37 1451 0
Keadaan popularitas presiden AS, Barack Obama, yang kian kritis tidak serta merta menjadikan  kandidat presiden dari Republik Mitt Romney menguasai keadaan. Ambisi Romney dalam meraih puncak kekuasaan mulai menampakkan sifat asli seorang pemimpin AS yang akan datang jika ia memenangi pemilu November nanti.

Kita dapat melihat gerak tubuh dan bahasanya  dalam cuplikan - cuplikan singkat laporan berita baik melalui media online maupun televisi. Bahasa tubuh yang dapat diartikulasikan sebagai sebuah visi untuk  merebut kembali "jubah kepemimpinan" dan kebangkitan dominasi AS secara global dimasa setelah hari ini.

Walaupun pilihan kebijakan luar negeri Romney terkesan  menjiplak Presiden Obama akan tetapi yang  paling buruk dan mengganggu dunia adalah Romney seolah sedang menegaskan kembali kekhawatiran banyak orang dengan kebijakan bencana ala George W. Bush.

Mungkin tidak ada Indonesia dalam "radar strategis" kebijakan luar negeri AS, sebab Amerika hanya memasang "mata tanpa berkedip" ke empat negara didunia ini. Mereka adalah Irak, Cina, Israel dan Afghanistan. Hal ini terlihat dari intensitas penyebutan keempat negara tersebut dalam setiap topik kampanye kedua kubu.

Tetapi ada juga pemerintahan lain yang justru lebih memerhatikan pernyataan Romney, Republik Islam Iran, dan berharap presiden dari Partai Republik itu tidak membual dengan mengatakan: "Saya akan membuat para pemimpin Iran sadar bahwa Amerika Serikat dan sekutunya akan mencegah mereka dari memperoleh kemampuan senjata nuklir "

Para presiden Amerika sebelumnya sering berkoar-koar soal kebijakan kerasnya terhadap Iran, disisi lain para pengambil keputusan di Teheran pun mulai  merasa percaya diri dengan kemampuan mereka untuk membedakan retorika dan kenyataan. Mereka tidak takut Amerika.

Iran sebenarnya pernah berjasa besar pada Republikan dengan menjadikan Ronald Reagan ke kursi Gedung Putih setelah krisis sandera  AS di Lebanon menghancurkan kursi kepresidenan Jimmy Carter.

Iran juga menganggap bahwa presiden George W. Bush  adalah simbol kebijakan luar negeri yang ekstrim dan berbahaya dari pendahulunya dari partai Republik, tapi tidak dengan cara yang akan memaksa perubahan drastis dalam kalkulus strategis Iran.

Sementara jika Romney mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan Ronald Reagan dan George HW Bush,  Iran mungkin akan mau bernegosiasi soal kepentingannya.

Sepertinya Iran percaya jika Romney justru akan membuat Amerika Serikat terisolasi secara  internasional dan memecah persatuan di antara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (P5 +1) tidak berbeda dengan George W. Bush. Ini tentu menguntungkan terhadap Iran. Romney sendiri sudah menyebabkan masalah dengan Rusia dan China. Seperti kebijakan Bush, keadaan AS semakin memburuk jika Romney menjadi presiden.

Romney mungkin menang pada bulan November, tapi Iran juga harus berhati-hati. Walaupun Teheran telah menunjukkan kemampuan untuk mengambil keuntungan dari kesalahan kebijakan luar negeri Washington.

Sebuah realita bahwa Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara besar lain soal strategi jitu politik luar negeri.

Saudara Persia, Irak, juga mulai menggeliat dengan menjadi anak emas Amerika. Sementara Israel adalah "tuan tanah" bagi politisi Amerika, dari partai manapun mereka berasal. Termasuk Obama. Israel adalah bagian dari retorika  untuk perang bagi kebijakan utama Amerika. Sebuah alasan untuk tetap mempertahankan senjata nukklirnya sendiri dan mencoba menghapus nuklir negara lain.

Cina berada di urutan teratas yang menggerus perhatian Amerika, sebab kebangkitan ekonomi, militer dan pengaruh politik luar negeri Cina sudah membuat Amerika seolah "pemeran pembantu".

Indonesia yang digembar gemborkan soal kedekatannya dengan Obama tenyata hanya dipandang sebelah mata. Tidak lebih penting dari Singapura yang merupakan konsumen alat militer terbesar kelima di dunia. Republik ini hanya "anak kecil" yang mudah ditakut-takuti hanya dengan penempatan 2000 tentara di Darwin, Australia.

Siapapun presiden Amerika berikutnya, tampaknya Indonesia memang bukan sahabat yang pantas untuk diperhatikan sebagai mitra sejajar. Karena Amerika hanya sibuk dengan "perang untuk ekonomi" atau "ekonomi untuk perang" dan itu bukan/ tidak ada di Indonesia yang memiliki pemimpin tak berdaya. Tak berdaya bahkan kepada tantangan jari tengah dari Malaysia sekalipun.

=SachsTM=

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun