Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Duet Anak Batak dan Madonna

17 Desember 2012   18:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:28 203 2
Catur, gitar dan menyanyi adalah ciri yang cukup melekat dengan orang Batak

Tapi aku selalu malu mengaku sebagai orang Batak. Bukan karena akan mendapat kesan kampungan yang bicaranya keras-keras dan kasar, bukan pula karena gengsi di-cap sebagai orang yang hidup di terminal atau bahkan tukang tambal ban yang banyak terdapat di pinggir jalan Ibukota.

Kita tahu, profesi apapun sebenarnya dapat di tempati oleh suku apapun di Indonesia yang merdeka ini kecuali jabatan Sultan, Patih dan Abdi Dalem-nya karena harus asli dan biasanya turun temurun. Namun demikian, orang Indonesia terutama di Jakarta dan Jawa Barat, sering meng-assosiasikan profesi tertentu dengan suku tertentu, seperti pengacara yang seolah lahan orang Batak dan pedagang pakaian yang berarti orang Padang/Minang misalnya.

Sedikit banyak, hal ini mempengaruhiku juga. Aku bisa(*) main catur tentu saja, aku juga bisa(**) main gitar, tetapi aku benar benar jeblok dalam hal tarik suara sebagai syarat memenuhi kualifikasi untuk bangga disebut sebagai Orang Batak.

Aku tentu saja pernah ke Gereja, namun selalu gagal mengeluarkan suara untuk pujian bagi yang Maha Tinggi, mengingat suaraku yang nge-bass nan fals yang membuatku minder.

"Pokoknya ancur banget deh..."  begitu pernah komentar tulus dari seorang teman yang sangat beruntung mendengar aku menyanyi di kamar mandi kost.

Sejak itu, aku bertekad untuk benar-benar tidak akan mempermalukan diri dengan menyanyi dekat manusia lain karena khawatir membuat telinga mereka menderita.

"Selalu ada saatyang pertama". Begitu istilah yang sering kita dengar dari orang bijak.

Dan itu berlaku juga bagiku, Sebutlah tanggal 15 Agustus kemarin tepatnya hari Sabtu, ketika aku mengikuti sebuah workshop menulis dengan tema: Menjadi Penulis Handal, yang diadakan oleh penerbit ternama di toko buku terpopuler juga dengan tutor alias pembicara utama yang namanya sedang menanjak di dunia kepenulisan.

Dalam sebuah sesi workshop itu, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima atau enam orang yang kemudian di tugaskan untuk mementaskan salah satu adegan atau kejadian yang terdapat dalam buku sang tutor. Sementara kelompok lain ada yang memilih adegan ibu-ibu yang terjatuh didalam gerbong kereta, ada juga yang memilih bagian pengemis cilik di angkot yang di-omelin ibunya sendiri karena malu melihat anaknya mengemis dan menyuruh mengembalikan uang yang di berikan orang-orang dan lain-lain yang aku lupa, mengingat kelompok kami juga gugup mempersiapkan adegan pilihan kami.

Tanpa perasaan kelompok kami dengan suara pecah berbusa-busa memilih adengan berjudul pengemis amnesia dan dengan tega memilih aku sebagai aKtor utama.

Singkat kata, aku menyanyi untuk pertama kalinya dalam hidupku di hadapan jutaan umat yang saling berdesakan ( hiperbolis kali ya?- red) aku menyanyi sesuai peran yang dilimpahkan kepadaku.

Aku ingat, aku baru menyanyi sebaris saja TERLALU INDAH DILUPAKAN....  sambutan meriah para hadirin dan hadirat yang riuh mendengar suara indahku (narsis mode on ) dengan microphone tergenggam erat di tanganku.

Mereka bertepuk tangan dengan antusiasnya membuatku merasa seolah Susan Boyle di hadapan Simon Cowell di British Got Talent yang spektakuler dan dramatis itu.

Walau hanya sebaris lirik karena sebenarnya aku lupa lirik berikutnya dan juga mengingat sang pengamen dalam adengan itu harus mengumpulkan recehan dan bolak balik menyanyi di tempat yang sama ( karena amnesia red) sesuai adegan di buku, aku mencatat dalam memoriku bahwa ternyata aku bisa menyanyi dihadapan orang banyak.

Sekali dalam hidupku, aku pernah mendapat tepukan riuh dari orang banyak kendati dalam dua lagu berikutnya aku gagal menyanyi karena tidak banyak lagu yang ku ketahui (NGELES MODE: ON).

Apakah tepukan antusias itu untuk apresiasi atau cemoohan?, itu urusan lain, lagipula aku tidak mendengar huu... atau buu... jadi aku anggap itu apresiasi dari penonton karena berhasil mengeluarkan suara se merdu Ruth Sahanaya (super hiperbola lagi - red) dan aku berterima kasih untuk itu.

Aku puas dengan berhasil lepas dari sindrom malu tampil di depan orang banyak. Lepas dari rasa minder dan lepas saat mengeluarkan suara dan menyanyi walau terkesan main-main, iseng-iseng, atau apapun sejenisnya, namun aku menganggap itu penting untukku dan berpikir ternyata setiap orang bisa menaklukkan apa yang mereka paling hindari atau takuti jika mereka bilang "AKU BISA...!!!"

Apalagi keberanian terkadang muncul di saat kita tidak punya pilihan untuk menghindar. Dan aku pun sekarang benar-benar merasa orang BATAK! Seutuhnya.

===

Aku mengkhayal dengan kemampuan menyanyi yang kumiliki, aku akan menyanyi di panggung Broadway di Hollywood sana, berduet dengan Madonna dan... penonton pun berlarian keluar sambil tutup telinga.. Lha??

=SachsTM=

* Bisa main catur, tapi selalu kalah :((

** Bisa main gitar tapi waktu SD, sekarang sudah tidak sama sekali. :(

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun