Sebuah perusahaan asal California telah mendapatkan kontrak dengan Amerika Serikat, United States Central Command (Centcom), yang mengawasi operasi militer AS di Timur Tengah dan Asia Tengah, untuk mengembangkan apa yang digambarkan sebagai "jasa manajemen persona/pribadi online" yang akan memungkinkan satu prajurit (pria atau wanita) AS untuk mengontrol sampai 10 identitas terpisah dari seluruh dunia.
Proyek ini telah disamakan oleh para ahli web sebagai upaya yang sama seperti yang dijalankan China untuk mengontrol dan membatasi kebebasan berbicara di internet. Kritik yang mengalir cenderung mencemaskankan bahwa hal ini akan memungkinkan militer AS untuk menciptakan konsensus palsu dalam percakapan online, membanjiri pendapat yang sesuai dengan yang diinginkan dan menutupi komentar atau laporan yang tidak sesuai dengan tujuan sendiri.
Penemuan bahwa militer AS sedang mengembangkan persona/kepribadian palsu secara online - diketahui pengguna media sosial sebagai "sock puppets atau boneka kaus kaki" - juga memungkinkan mendorong pemerintah lainnya, perusahaan swasta dan organisasi non-pemerintah untuk melakukan hal yang sama.
Lebih parahnya lagi, ini bisa digunakan untuk membangun opini untuk kepentingan pemenangan pemilu. Seperti kasus hasil survey yang manipulatif dan berbayar yang terbukti mampu menggiring opini publik akan "perusakan" karakter tokoh sekaliber Megawati, Jusuf Kalla atau Solahuddin Wahid di pemilu 2009 lalu.
Kecurigaan bermunculan pasca jatuhnya pemimpin Mesir, Hosni Mubarak karena Media Twitter, yang kemudian menyebar dengan sandi : Arab Spring
Jika software ini sudah jadi, Indonesia pasti jadi pelanggan kedua selain Amerika tentunya...
Source: http://www.guardian.co.uk/technology/2011/mar/17/us-spy-operation-social-networks
=SachsTM=