Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Derita Dalam Menulis

19 Oktober 2012   05:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39 71 0
Pagi hari ini cerah. Kicauan media sosial membanjiri layar datar dan seolah bersahutan dengan burung  di sangkar yang tergantung menyedihkan di teras depan. Anak-anak kecil bermain dengan gembira pada perosotan di lahan sempit di ujung gang, di antara rumah kumuh dan bangunan mewah di ujung berikutnya.

Sejak terbangun dan turun dari tempat tidur, hanya ada saru dalam benak ini. Pagi ini harus menulis. Tidak ada yang bisa menghentikan gumpalan hasrat ini dari menulis.

Mengambil posisi nyaman dan duduk di tempat favorit di sofa.

Sebenarnya tidak punya pilihan lain soal kenyamanan. Ruang bersofa yang sempit ini tidak memberi banyak bantuan untuk bergerak.

Masalahnya adalah bahwa rumah kecil yang saling berhimpit sejajar tidak pernah memberi kesan lega. Sementara sofa yang ada tidak memberi apa yang dibutuhkan supaya punggung ini di posisi benar-benar lurus sementara jemari mengetik.

Bukan berarti ada masalah dengan punggung. Tapi  posisi duduk yang tepat sehingga siku kiri tepat diatas sandaran kiri dengan meja berada dalam jangkauan sehingga mudah meletakkan kaki kalau saat dibutuhkan.

Anak kecil di ujung sana butuh teguran. Tapi kalau di pikir-pikir kemudian, anak anak  itu butuh lebih dari sekedar perhatian. Sedangkan yang perlu dilakukan adalah mulai mengetik.

Jadi sofa itu mulai hangat memeluk bokong.

Tapi...  bahhh!

Sinar matahari yang bias melalui kaca jendela. Bagaimana bisa melihat layar? Bagaimana ia bisa bekerja tanpa menyesuaikan posisi?

Tapi tunggu...!

Saat hendak bangun dan menuju jendela, cahaya menyorot keyboard dan diterangi sebuah titik kecil tepat di tengah huruf  G. Tetesan air kopi akan merembes akan melalui celahnya! BAHAYA!

Terburu buru dan segera laptop terangkat, memandangi dari berbagai sudut, meniup atasnya, menggoyang goyang ringan, hingga mengguncang sekerasnya!

Huffhh..... Akhirnya tidak ada masalah. Duduk. Kembali ke sofa.

Tidaaaak!  Lupa tentang sinar matahari dari jendela dan tirai dan berdiri lagi.

***

Akhirnya.

Dasbor di layar muncul. Membuka file di dokumen.

Mulai mengetik. . . "Menulis..."

Nah, itu awal yang baik. Sebuah kata yang terlintas dan berharap akan lanjutan yang keren nan besar.

Tapi....!

Haruskah berlayar untuk memeriksa status Facebook selama beberapa detik? Bagaimana jika ada  jawaban cerdas yang perlu diposisikan di tempat yang tepat pada waktu tepat untuk efek maksimum?

Jadilah Facebook dibuka. Gambar penuh warna dengan bangku melayang sebelum mengisi identitas. Rambut keriting dengan  hidung mancung asli di photo profil yang terseyum. Banyak komentar. "Bagus!" ada yang memilih tombol  "suka" dan "Terima kasih!" Harus dijawab juga...

Semua sudah...dilakukan. Kembali ke dokumen.

Mengetik... "derita"

Tidak buruk.

***

O...eM..Ji..! Mengapa cangkir kopi kosong? Imajinasi kreatif tidak bisa mengalah pada tingkat ini.

Ke dapur berkompor hitam untuk secangkir lagi. Tunggu lima menit. Susu, gula, aduk, menghirup aroma kopi dan kembali ke sofa.

***

Bantal dan posisi disesuaikan lagi.
Ruangan terlalu gelap.
Jendela dibuka lagi.
Keyboard dibersihkan perlahan dengan kain lembut.

***

Mengetik.... dengan hati-hati. Perlahan dan
MENULIS...

Derita...

Menulis derita...


Menderitanya tulisan

Menulis Dalam Derita???

Nah! Itu dia. Itu dia. Baiklah di balik sedikit....

Derita Dalam Menulis...

Nahhhh, itu akan menjadi  judul yang lebih baik.

Sofa, ruang, jendela dan kopi susu!  Yang dapat hanya JUDUL. Harus dihargai :P

=SachsTM=

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun