Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Mega Inspirasi Merkel ( Women On Top )

17 Desember 2012   19:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:28 345 2
"...Kita bisa memilih dengan siapa kita berteman, tapi kita tidak bisa menentukan dengan siapa kita bertetangga..."

Kira-kira begitulah sepotong 'reaksi' Megawati Soekarnoputri (waktu masih presiden) terkait protes negara-2 tetangga terhadap Indonesia atas 'surplus' ekspor asap dari Kalimantan dan Riau, isu selat Malaka, embargo senjata AS hingga perlakuan Australia pada para nelayan yang terseret ombak.

Memang beliau hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak ada titel mentereng dibelakang namanya kecuali hanya menyandang 'gelar' Soekarnoputri. Para profesor, sarjana atau Jenderal yang merasa lebih pintar sering mencemoohnya.

Waktu kemudian buktikan bahwa titel, gelar dan pangkat mereka hanya berguna untuk menipu rakyat, bukan mengangkat martabat bangsanya, Sementara itu si ibu rumah tangga tidak hanya "berteriak" tapi juga aksi nyata..

Amerika "yang sok jual mahal" tentu tidak menyangka Mega bakal merangkul musuh bebuyutannya Rusia dan Korut demi mendepak ketergantungan kita akan produk senjata mereka.
Demikian pula Eropa Barat yang sering menolak secara sepihak produk ekspor Indonesia 'tersengat' dengan 'lirikan' Mega akan Eropa Timur terutama Polandia.

"Jika dia bisa, kenapa aku tidak?" Angela Merkel, dalam wawancaranya dengan Bild, mengaku termotivasi dan terinspirasi cuplikan pidato dan aksi taktis mantan Presiden RI itu.

Sesekali kita perlu "berteriak" untuk menguji sejauh mana orang mendengar, untuk mengetahui senyaring apa suara yang keluar dari kerongkongan kita, atau sekedar untuk mengejutkan orang-orang disekitar kita.

Bagi kalian pendukung, pengagum, atau sekedar 'respect' pada Mega.. silahkan tegakkan kepala. Dan bagi mereka yang selama ini mencibir, mencemooh dan bahkan meremehkan beliau, silahkan angkat topi seperti seorang ksatria yang menghormati musuhnya.

Saya tidak tahu persis darimana atau orang bijak mana yang sebelumnya menggunakan kalimat itu, tapi gaungnya sampai ke Eropa barat khususnya Jerman. Menginspirasi dan memotivasi seorang Angela Merkel untuk memenangkan partainya dan mengantarkannya menjadi seorang Kanselir.

Anda mungkin sudah mengerti arti "berteriak" dalam dunia diplomasi antar bangsa.
"dia tidak lebih pintar dari saya atau Margareth Thatcher, tapi dia punya prinsip, tegas dan cerdik. Itu lebih baik daripada pintar dan cerdas" Komentar Livni sebelum menjabat menlu Israel di stasiun tv RAI Italia dalam program "women on top"

"""""L"""""

Sekarang kita punya Presiden pria dan kebetulan seorang Jenderal bintang empat.

Tapi.... Masih Ingat kejadian ini???

1. Malaysia teriak *asap...asap...asap*
Kompensasinya: 2,1 juta hektar lahan sawit.

2. Malaysia teriak "Lautku...lautku..."
Kompensasinya: Petronas buka lapak

3. Malaysia teriak "pulang...pulang..." (bagi TKI)
Kompensasinya: Batas laut dan darat pindah.

4. Malaysia teriak" negara jiran... negara jiran...serumpun"
Kompensasinya:  XL dan Bank silahkan ambil semua.

5. Amerika teriak " HAM...HAM..."
Kompensasinya: Freeport ga' perlu kontrak ulang...

6. Australia numpahin minyak, harusnya kita teriak eh... aussie malah duluan teriak. Hasilnya kita bilang " Ga' usah kompensasi gede2lah..."

7. Perompak Somalia menahan anak bangsa kita.... Hampir 1 bulan tidak ada keputusan apakah kita serbu atau bebaskan sesuai tuntutan mereka.

;;;;;;

Seperti seorang vokalis, yang selalu belajar teriak demi keindahan suaranya, kita pun sebagai bangsa perlu belajar berteriak untuk menunjukkan harkat dan martabat kita. Bahwa kita ada!!!
Tapi apa boleh buat?... tai kambing bulat-bulat!
Presiden kita sekarang cuma bergulat.... dengan citra yang dibuat-buat!!

Bukan wanita, bukan ibu rumah tangga,
Tapi pria, Jenderal pula,
Hanya saja...
Memiliki presiden bencong mungkin lebih baik daripada Presiden Banci!!!

Bagi anda penggemar, pendukung atau pengagumnya silahkan angkat topi.
Bagi anda pemberani, pejuang, dan pemilik harga diri sebagai anak bangsa sejiwa jantan "angkat tangan!!!"

Anda kami kepung!!!

-----------

Suatu saat nanti, negara ini akan punya pemimpin yang mampu "berteriak". Menunjukkan dada Indonesia, menggetarkan lawan dan menentramkan kawan.

=SachsTM=

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun