mengancil di antara bakwan udang
dan opor ayam,
bukan aroma tanah, hujan,
batuan lapuk
melainkan bunga randu alas
rontok menimpa rambutmu,
yang diam-diam menuntun
jemariku memungut
garis-garis takdir berserakan
ke kiri kanan jalan menuju
dada tak berkancing lagi.
dimana angin sembunyi,
menyimpan bisikan--
oh, tak pernah tiba;
hanya gema yang terus menghilang,
dan bunga terus jatuh diam-diam.