Suatu sore di toko buku tua di Jalan Surabaya, Jakarta, seorang pria berdiri lama di depan rak klasik, jari-jarinya menari di punggung buku-buku bersampul coklat usang. Ia mengeluarkan sarung tangan katun putih, membuka halaman pertama
Bumi Manusia edisi 1980, lalu mengendus-endusnya seperti seorang sommelier mengecap anggur. "Ini asli," bisiknya pada sang pemilik toko, matanya berbinar.Â
KEMBALI KE ARTIKEL