Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Lebaran Bukan Liburan Buat Wartawan

18 Agustus 2012   13:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:34 250 3
Hampir semua orang yang bekerja diberi libur yang cukup untuk menikmati Lebaran. Hanya sedikit di antaranya yang masih bekerja. Di sektor pelayanan publik, polisi, paramedis rumah sakit, karyawan bidang perhubungan terus bekerja. Hajat mudik dan balik Idul Fitri membuat mereka tak bisa libur. Satu lagi profesi yang sejatinya tak libur ialah wartawan. Jurnalis memang menyesuaikan libur lebaran dengan ketentuan kantor. Untuk media cetak, hampir semua wartawan ada libur. Kecuali mereka yang masuk tim mudik lebaran. Tidak semua, tapi ada beberapa. Kini semua media cetak rata-rata punya media laman daring (online). Kalau online sudah pasti tak boleh libur. Sebab, pembaca pasti menanti info terbaru, baik hasil reportase tim maupun dari beberapa kantor berita atau portal.

Tahun ini kebetulan saya ada di bidang itu. Pada saat beberapa teman yang fokus ke cetak bisa libur, saya mesti siaga. Dalam sehari, paling tidak ada puluhan berita yang mesti diasup ke laman daring Lampung Post yang bisa ditemui di lampungpost.com. Meski lima hari koran tak cetak, edisi dunia maya mesti harus ada.

Memang sudah menjadi konsekuensi pekerjaan. Di saat jurnalis lain menikmati benar liburan, jurnalis online tidak demikian. Di Indonesia, sekarang berkembang ratusan portal berita. Detikcom, Vivanews, Beritasatu, Merdeka.com, dan sebagainya. Sudah tentu wartawan yang bekerja di media online tidak bisa libur sepanjang rekannya di media cetak. Mereka mesti terus bekerja. Saat muslim lain salat hari raya, mereka ikut meski mencari-cari cara agar foto bisa didapat. Saat tetangga bertamu ke rumah famili, jurnalis online mungkin masih di lapangan, mereportase dan menuliskannya untuk pembaca.

Benarlah kata penulis buku Sembilan Elemen Jurnalisme, Bill Kovach, bahwa loyalitas jurnalisme ialah kepada pembaca, bukan media itu sendiri. Niat menghadirkan informasi yang berguna menjadi dasar seorang jurnalis bekerja, termasuk buat wartawan laman daring di musim hari raya.
Buat mereka yang ada di ranah pekerjaan ini, liburan lebaran sungguh jauh dari kenyataan. Ini sudah konsekuensi pekerjaan. Sedari awal sudah memahami memang inilah urgensi penugasan. Justru, ketimbang mengeluh, menikmati saja pekerjaan dalam noktah jurnalisme ini.
*
Ada banyak orang yang senang karena malam hari raya masih bisa membaca kabar terbaru dari ribuan portal berita. Justru mesti ada sikap berkompetisi antarmedia agar pembaca dipuaskan. Pembaca akan mendapatkan informasi yang baik, menarik, dan punya kedekatan dengan mereka.

Mungkin terasa ada perasaan yang lain saat bekerja meliput Merak atau Bakauheni di tengah suara orang di masjid sedang takbiran. Juga ada sensasi hati yang lain tatkala menulis dan mengunggah sebuah artikel saat orang muslim umumnya sedang menikmati hari raya, bercengkerama dengan sanak famili dan handai tolan.

Di dunia yang mengglobal, kebutuhan manusia terhadap informasi memang tak bisa disanggah. Mesti dalam masa liburan hari raya, jutaan ponsel manusia bisa mengakses situs berita. Manusia makin dimanjakan dengan teknologi. Dan dalam itu jua jurnalis media, khususnya laman daring, dituntut memenuhi keinginan itu. Ada bisnis di sana, ada kepuasan, ada juga persaingan. Muaranya, yang diuntungkan ialah khalayak ramai. Selamat berlebaran. Mohon maaf lahir dan batin. Taqabbalallahu minna waminkum. Maaf kalau belum sempat berkunjung karena kami masih di meja kerja menatahkan informasi buat manusia di dunia. Termasuk yang paling di ujung. Wallahualam bissawab.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun