Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Lebih Baik Menulis daripada Menjaga Anak Sakit

21 Maret 2012   23:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39 272 0
Judul agak "demonstratif" ini barangkali agak nyeleneh. Tapi selama tiga hari belakangan, saya mengalaminya sendiri. Anak kami, Nuh, sejak Jumat malam pekan lalu badannya hangat. Susah makan pula. Lantaran di daerah kami, Bandar Lampung, sedang berjangkit demam berdarah, kami pun memeriksakan Nuh. Setelah Selasa itu ke dokter, gejala ke arah demam berdarah memang ada. Trombositnya 150 ribu. Untuk ukuran anak-anak, angka itu masih bagus. Cuma karena tak mau makan dan saat malam badannya hangat, saya memilih opsi opname. Kebetulan ada tanggungan dari kantor.

Sejak malam itulah sampai tulisan ini saya buat, plus satu postingan sebelumnya "Menghitung Peluang Kandidat Gubernur Ibu Kota", saya bermalam di Rumah Sakit Advent. Lantaran kelas III penuh, terpaksa naik kelas ke kelas II. Nombok sudah pasti, tapi keselamatan anak adalah yang utama.

Sejujurnya saya bukan orang yang terlalu penyabar. Saat hari kedua hasil cek darah menunjukkan trombositnya jadi 122 ribu, saya uring-uringan. Susah minum mana bisa trombosit naik. Lidah anak kami juga pahit. Ia tidak bisa menegak minuman dan menguyah makanan dengan baik. Daripada saya yang naik darah gara-gara si kecil sulit makan, urusan makan dan minum obat saya serahkan kepada istri dan mertua.

Anak sakit itu bikin kepala pusing. Apalagi masih ada beban kerja kantor yang setiap hari mesti dilakoni. Untungnya bisa izin penuh. Di hari ketiga, ya pagi ini, gejala demam berdarah, sepenglihatan mata malah mengarah ke campak. Badan Nuh sudah tak panas. Sudah pula banyak asupan makan dan minum ke tubuhnya. Senyum dan tertawanya yang mahal sejak masuk rumah sakit, kini sudah semakin sering.

Dan di titik itukah, saya bisa menulis lagi. Ternyata memang enak menulis ketimbang menjaga anak sakit. Menulis butuh konsentrasi. Bagaimana mau konsentrasi kalau pikiran cuma fokus ke si yang sakit. Bagaimana tulisan mau rampung kalau batin sedih melihat anak rewel: tak mau makan, susah minum, dan badan panas.

Saya kemudian mengambil kesimpulan, mungkin ini hikmah dari satu kutipan Hadis Nabi yang menjelaskan manfaatkan yang 5 sebelum datang yang 5: hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit. Nah, poin terakhir ini yang penting.

Maksudnya ialah menulislah setiap saat di mana waktu kita benar-benar lapang. Lapang dalam artian ya bukan menganggur sama sekali. Akan tetapi, lapang saat semua rencana berjalan sebagaimana harapan. Keluarga sehat, kesehatan bagus, perlengkapan menulis amat lengkap, dan sebagainya. Gunakan semuanya dengan maksimal. Jangan pernah menunda-nunda waktu menulis. Ada ide, segera menulis. Melihat sesuatu yang menarik, segeralah reportase dan tuliskan. Kalau suasana hati sedang bagus, menulislah sebanyak yang kita bisa. Bisa dapat sepuluh artikel per hari, silakan. Mumpung anak sehat, marilah menulis. Mumpung keluarga sehat, yuk produktif berkarya.
*

Jika diperbolehkan dokter, siang ini saya mau membawa anak pulang. Kalau memang campak dan bisa berobat jalan, saya akan minta pulang. Dan menulis pun bisa makin produktif. Percayalah, menulis itu lebih gampang ketimbang menjaga anak sakit. Wallahualam bissawab.

(Terima kasih untuk Kompasianer Fitri y Yeye yang sudah mendoakan Nuh dan kami sekeluarga)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun