Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Menulis Lead Artikel, dari Kutip Koran Sampai Epigram

18 Februari 2012   05:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 2624 2
Kerangka karangan sudah dibuat. Selembar kertas sudah penuh berisi coretan item yang mau ditulis. Ada dua puluh poin yang teringkas di kertas itu. Komputer sudah menyala. Jemari kita pun sudah di papan ketik. Kopi pekat sudah diseduh. Aromanya menguar dengan kuat. Kudapan keripik kecil ada sepiring. Kita mau menulis. Tetapi sampai bermenit-menit, tak sepatah kata pun kita tatahkan. Kita menjadi frustrasi. Sekurang-kurangnya kesal sekali. Saya pernah mengalaminya? Anda?

Kondisi di atas dipicu dengan kegagalan kita membuat lead, teras artikel, kalimat pembuka. Otak kita malah menjadi ruwet. Padahal di lead itulah kunci agar tulisan itu rampung sampai di ujung. Ada beberapa teknik dan konten lead artikel yang bisa dicoba. Ini penting sebagai di sinilah pemantik sebuah artikel itu berakhir khusnul khatimah.

Pertama, kutip koran.
Sebetulnya tak mesti koran, asal media massa saja sudah cukup. Tapi karena rerata kita tak puas kalau belum menembus halaman opini, saya kaitkan dengan koran. Lead kutip koran maknanya menulis teras artikel dengan menyitat pemberitaan surat kabar. Contoh, kita mau menulis pembunuhan berantai yang dilakukan Mujiyanto asal Nganjuk. Ia yang teridentifikasi sebagai gay ini punya dendam asmara sehingga kalap dan membunuh. Setelah kerangka oke, kita menulis lead kutip koran.

Contoh:
1. Kompas kemarin memberitakan pemeriksaan Mujiyanto, gay penjagal dari Nganjuk yang sudah menghabisi 15 teman kencannya.

2. Seperti dilansir kantor berita Antara, faksi Fatah dan Hamas sepakat melakukan rekonsiliasi. Ini adalah yang pertama komunikasi dibangun sejak 2007.

3. Menyimak pemberitaan banyak media soal kasus suap Wisma Atlet semakin menarik. Angelina Sondakh dalam sidang kasus itu kemarin menampik semua pertanyaan jaksa soal kucuran duit buat bekas Putri Indonesia itu.

Mengutip berita media massa punya keunggulan karena cantelan artikel dengan warta terakhir menunjukkan aktualitas. Dan poin ini rerata disenangi redaktur opini karena bakal selaras dengan berita utama harian mereka. Aktualitas ini menjadi penting karena redaktur acap dituntut menurunkan artikel dengan topik hangat.

Atau bisa juga mengutip hasil riset. Misal beberapa lembaga survei melakukan jajak pendapat dan kita membacanya di internet. Itu juga bisa dijadikan sebagai bahan lead. Lembaga Survei Indonesia, Indo Barometer, Jaringan Advokasi Tambang, Indonesia Corruption Watch adalah sedikit dari beberapa lembaga yang acap merilis hasil jajak pendapat.

Kedua, lontarkan gagasan (kontroversial).
Lead ini umumnya sudah tertolong dengan judul yang menarik. Mengapa demikian? Sebab, lead dengan gagasan yang kontroversial, umumnya sudah tergambar di judul. Contoh:

1. Hukuman mati buat koruptor sudah layak dijalankan di Indonesia. Betapa tidak, koruptor yang merampok miliaran duit rakyat bebas melenggang. Sementara untuk Nenek Rasminah yang dituduh mencuri enam biji piring, mesti dihukum penjara seratus hari lebih.

2. Rintisan sekolah berstandar internasional ternyata cuma menjadi patologi sosial. Keberadaan sekolah jenis itu cuma menghadirkan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Otak kini tak lagi dipentingkan. Asal punya uang, bisa masuk sekolah dengan fasilitas mewah yang tak bakal terjangkau siswa dari keluarga kere.

3. Front Pembela Islam (FPI) memang layak dibubarkan. Sudah tak terhingga bentuk intimidasi mereka terhadap warga. Seolah negara ini ada dalam ketiak mereka. Da penolakan warga Kalimantan Tengah terhadap organisasi Islam ini adalah bukti sahih kemestian membubarkan FPI.

Teknik ini sebagaimana saya tulis di muka, umumnya senapas dengan judul tulisan. Untuk contoh pertama, judul yang pas mungkin "Peti Mati untuk Bekas Seorang Putri". Judul contoh kedua enaknya "Katakan Tidak untuk RSBI". Dan judul contoh lead ketiga ialah "FPI dan Patologi Religiositas Kita".

Ketiga, epigram.
Ada beberapa ungkapan tokoh yang terkenal seantero dunia. Ini juga bisa kita pakai. Tokoh besar semacam sastrawan dunia, filsuf, raja, presiden, bahkan nabi bisa kita pakai. Ini galib disebut epigram, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti syair atau ungkapan pendek yang mengandung gagasan yang diakhiri dengan pernyataan menarik dan biasanya menjadi sindirian. Contoh:

1. "Kalau Fatimah mencuri, aku sendiri yang potong tangannya." Ungkapan Nabi Muhammad ini rasanya cocok dengan masa sekarang. Terutama buat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang partai besutannya, Demokrat, sedang dirundung kasus korupsi.

2. "Power tends to corrupt (kekuasaan itu cenderung korup)"
Setiap bentuk kekuasaan, tanpa memandang ideologinya, pasti cenderung menyeleweng. Sebab, dengan otoritas di tangan, semua bisa dilakukan. Meski berasal dari partai berbasis Islam, entitas ini bisa jadi menyeleweng. Itu paling tidak terbukti dengan dugaan keterlibatan unsur pimpinan Badan Anggaran dari Fraksi PKS, Tamsil Linrung.

Keempat, kalimat tanya.
Membuat lead artikel dengan kalimat tanya itu sangat menolong. Mengapa begitu? Sebab, adanya pertanyaan pasti mendorong ada jawaban. Dan karena mesti menjawab, kita juga kudu menulis jawabannya. Tidak cuma saat menulis teras artikel, saat mentok di tengah, menggunakan kalimat tanya juga menolong. Yuk simak beberapa contohnya.

1. Apa ada presiden yang tak digaji? Jawabannya ada. Presiden Paraguay Fernando Lugo Mendez orangnya. Setelah 16 Agustus 2011 dilantik, ia mengumumkan tidak akan menerima gaji sebagai upaya solidaritas kepada rakyat Paraguay yang lebih dari 35 persen masih miskin. Ini njomplang jika dibandingkan dengan gaji presiden RI yang mencapai Rp 150 juta dan pejabat lainnya. Bahkan gaji Rp 166 juta untuk gubernur Bank Indonesia. Sementara penduduk miskin Indonesia masih mengap-mengap memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

2. Apa adil jika koruptor miliaran rupiah dibebaskan, sedangkan Nenek Rasminah yang dituduh mencuri enam biji piring dipenjara seratus lima puluh hari?
*
Lead yang baik ialah kalimat yang membuat kita mampu melanjutkan tulisan sampai tuntas. Soal konten teras yang mau kita tulis, terserah saja. Mana suka. Yang utama ialah tulisan kita bisa rampung. Jangan sampai ada alasan lagi, tidak menulis gara-gara tak bisa membuat teras artikel.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun