Mencari istri lewat laman daring alias dunia online sah-sah saja. Namanya juga ikhtiar. Tapi, karena ini untuk masa depan, kita juga mesti jeli, apakah calon yang bakal kita sunting itu perempuan tulen atau bukan. Mungkin ini satu dari sejuta kejadian, tapi tetap saja mesti awas. Soal laki-laki yang mengawini perempuan jadi-jadian pernah terjadi dan menjadi sensasi. Kisah Muhammad Umar yang menikahi Fransisca Anastasya alias Icha adalah contohnya. Kasihan si Umar, ia baru tahu sang istri ternyata laki-laki setelah enam bulan berhubungan. Hubungan yang diawali pertemanan di Facebook kemudian menjadi musibah buat Umar. Umar baru ngeh kalau bini tersayangnya ternyata laki-laki. Ia curiga lantaran setiap akan digauli, Icha menyukai disetubuhi dari belakang. Lampu pun mesti dimatikan. Peristiwa sekitar bulan Mei 2010 ini harus dijadikan pelajaran buat siapa saja yang mencari jodoh via online.
Jangan mudah dikecoh dengan penampilan di akun Facebook. Kalau sudah ketemu, baru tahu yang sebenarnya. Jangan pula buru-buru bertunangan atau melamar. Jajaki dulu semuanya. Keluarganya, latar belakangnya, dan jenis kelaminnya! Kirim juga teman yang dipercaya untuk mengetahui aktivitas keseharian calon yang bakal kita "rekrut" sebagai istri ini. Kalau dalam empat bulan sampai setengah tahun kita yakin, barulah dilamar dan ditentukan tanggal pernikahan.
Sebagai sebuah ikhtiar, mencari jodoh lewat banyak media sosial bisa dilakukan. Media bertemu kan bisa banyak. Tak bisa bertemu langsung, lewat internet pun tak mengapa. Yang jelas, semua mesti dipastikan kesahihannya. Jangan sampai menyesal. Jangan mengulangi langkah Umar yang salah memilih istri. Sesal kemudian tak berguna kata orang bijak.
KEMBALI KE ARTIKEL