Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

[Review] Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai Disambut Antusias Mahasiswa di Makassar

7 Juni 2015   02:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 17 1
Pelaksanaan Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai yang digelar Bank Indonesia bekerja sama dengan Kompasiana disambut antusias sekitar 80-an mahasiswa dari berbagai kampus serta puluhan blogger yang hadir di ruang rapat lantai 4 Kantor Bank Indonesia Perwakilan Makassar, Sabtu 23 Mei 2015. Founder Kompasiana, Pepih Nugraha, mengatakan gelaran Kompasiana Jelajah Non Tunai tersebut sebagai upaya untuk mensosialisasikan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia pada 14 Agustus 2014 secara luas ke masyarakat. "Bank Indonesia menghabiskan dana sekitar Rp 3 triliun per tahun untuk mencetak uang logam dan uang kertas. Melalui Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai ini peserta berkesempatan mendapatkan penjelasan dari pihak Bank Indonesia terkait manfaat transaksi non tunai," papar Pepih dalam sambutannya. Narasumber dari perwakilan Bank Indonesia, Catherina, mengatakan transaksi di Indonesia 99,4 persen masih menggunakan uang tunai. Padahal, kata dia, transaksi dengan uang tunai saat ini terdapat sejumlah kelemahan, di antaranya biaya produksi cetak uang yang besar serta kurang praktis terutama dalam penyediaan uang kembalian. Sementara dengan sistem pembayaran non tunai, lanjut Catherina, justeru lebih praktis, efisiensi pembayaran, akses yang lebih luas, transparansi dan keamanan terjaga hingga perencanaan ekonomi lebih akurat. "Ke depan, transaksi non tunai nantinya bisa berlaku di jajaran pemerintahan, bisnis dan perorangan. Tentunya dibarengi dengan penyediaan infrastruktur serta penyadaran ke masyarakat mengenai manfaat transaksi non tunai," kata Catherina. Sementara perwakilan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Dicky, mengemukakan fenomena perkembangan gadget juga turut mempengaruhi pertumbuhan transaksi non tunai di masyarakat luas, termasuk penggunaan mobile banking.Selain itu, instrumen pembayaran lain berupa e-money yang terdiri dari chip based dan server based dengan sistem isi ulang yang bisa dilakukan di bank maupun di merchant-merchant yang menjadi mitra perbankan. "Tantangan transaksi non tunai ini tentu saja bagaimana memberi edukasi ke masyarakat, ke merchant-merchant serta pengembangan sistem secara menyeluruh," jelas Dicky. Perwakilan Bank Indonesia, Agustina, menambahkan sistem pembayaran dengan cara transaksi non tunai ini juga bisa dilakukan di kalangan pemerintahan, termasuk pembayaran bantuan pemerintah ke masyarakat, termasuk melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT). Gerakan Nasional Non Tunai ini juga sekaligus untuk membangun kesadaran masyarakat, khususnya di desa-desa untuk lebih berhubungan dengan bank. "Jumlah banked people di Indonesia terbilang rendah karena berbagai faktor dan alasan, di antaranya malas antri, tempat yang cukup jauh, serta malu dan kaku saat harus ke bank. Nantinya, melalui layanan keuangan digital yang dibentuk melalui agen ini akan membantu masyarakat dalam penggunaan uang elektronik," jelas Agustina. Selain di Makassar yang menjadi kota penyelenggara terakhir, gelaran Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai tersebut juga digelar di 4 kota lainnya, yakni Surabaya, Ambon, Aceh dan Banjarmasin. (Adi Pallawalino)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun