Padahal, Stefano Pioli baru mendarat ke Milan pada bulan Oktober 2019 setelah klub kota mode tersebut memecat Marco Giampolo yang gagal total di 7 laga perdana Serie A edisi tahun ini.
Milan tak sabar menunggu, ketika Stefano Pioli mencatatkan hasil buruk juga dalam 9 pertandingan pertamanya. Milan hanya meraih hasil imbang lawan Lecce ketika ia pertama datang dan menang tipis melawan tim degradasi SPAL. Selanjutnya, bergantian AS Roma, Lazio dan Juventus menghajar AC Milan.
Kekalahan berturut tersebut membuat AC Milan sepertinya mulai mencari-cari alasan untuk memecat Pioli. Namun Pioli mulai mencoba membuktikan racikannya pas untuk AC Milan ketika imbang dengan Napoli, lalu menang melawan Bologna.
Manajemen AC Milan kembali mendapatkan alasan untuk menyingkirkan pelatih berkepala plontos tersebut setelah Atalanta menghajar AC Milan 5 gol tanpa balas. Saat itu, penampilan AC Milan memang cenderung kurang konsisten, lalu AC Milan terlempar ke peringkat 10 klasemen.
Ketika seperti AC Milan sudah terbiasa dengan racikan Pioli dan menunjukkan hasil positif, giliran tim tetangga satu kota Intermilan yang membuat kursi kepelatihan Pioli kembali goyah. Milan berhasil mengalahkan Sampdoria, Cagliari, Udinese, dan Brescia dan hanya imbang melawan Verona.
Tapi, kekalahan 4-2 melawan Intermilan membuat rumor pergantian pelatih AC Milan kembali berhembus. Ditambah lagi, pertandingan terakhir sebelum Serie A resmi dihentikan karena pandemi Covid-19 diwarnai dengan kekalahan AC Milan dari tim semenjana, Genoa.
Langkah Juventus Jadi Scudetto Bisa Terganggu Hal Ini
Sebenarnya, setiap pelatih membawa racikan yang berbeda-beda. Tidak hanya pelatih yang harus beradaptasi dengan pemain yang dimiliki tim, tapi juga pemain yang beradaptasi dengan racikan pelatih. Maka keputusan AC Milan yang terus ingin menggonta-ganti pelatih bukanlah jalan keluar yang baik untuk mereka. Setiap pelatih tentunya butuh waktu untuk menguji dan bereksperimen dengan formasi dan gaya bermain masing-masing.
Dan Pioli, pelatih yang sudah malang melintang 2 dekade di Italia ini juga butuh kepercayaan lebih. Waktu selama pandemi mungkin dimanfaatkan sebisa mungkin untuk mematangkan formasinya. Hasilnya, tokcer.
Pasca Pandemi, Milan tidak terkalahkan. Mencetak 25 gol selama 8 pertandingan terakhir, bahkan membantai Lazio, Juventus, Parma, Roma, Lecce dan Bologna tanpa ampun. Milan baru mencatatkan 16 kemenangan musim ini, dan 6 di antaranya dicatatkan pasca Pandemi. Sekarang, AC Milan jelas-jelas sudah memberikan ancaman pada Roma dan Napoli yang berada di peringkat 5 dan 6. Bahkan, meski selisih hampir 12 angka dengan peringkat 4 Lazio, melihat hasil kurang baik yang ditunjukkan Lazio berturut-turut malah menjadikan AC Milan juga bisa menyodok ke posisi 4 bila beruntung.
Mendongkrak posisi klub di klasemen dari peringkat 10 menjadi peringkat 6 tentunya bukan hal yang gampang. Meraih 6 kemenangan dan 2 imbang dari 8 pertandingan terakhir, serta total 25 gol bukanlah sebuah pekerjaan yang bisa dilakukan banyak pelatih.
Setidaknya, mempertahankan Pioli bisa membuat AC Milan memulai Serie A tahun depan dengan kebut dari start. Menggantinya dengan pelatih baru, hanya akan memulai proses dari 0 lagi. Memberi kepercayaan lebih pada seorang pelatih, berarti menghargai sebuah proses. Bagaimana seorang pelatih yang masih minim pengalaman macam Simone Inzaghi, Fillipo Inzaghi, Genaro Gatuso dan Zenedine Zidane mampu berprestasi? Jawabannya adalah, karena diberi kepercayaan dan waktu.