Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Dalam Keterasingan

12 Maret 2014   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 143 5
melalui jendela malam
purnama menyulam pinta
pada riuh hati bergendang seloka
sebab gelap malam tak pernah menaruh iba
sementara purnama di pasung rindu yang tumpul
lalu mulutnya di bungkam oleh janji-janji surgawi
tangannya tak di biarkan meraba-raba kelaminnya yang gatal

:oh purnama, begitu malangnya nasibmu itu

di pinggiran waktu yang lesu
pada derap langkah masa menggigil
dalam likaliku takdir menajam nan runcing
dan siang malam yang berselimut mimpi buruk
aku baru saja melihat potongan-potongan hati
berteduh di bawah daun telinga gajah
dari hujan kata-kata yang datang lebih dini
menghujam congkak hati yang kusam berdaki
yang di liputi dengki dan rupa-rupa penyakit
yang setiap saat menabur prasangka-prasangka buruk
pada potongan-potongan hati salju lainnya

: hati, tak sadarkah kau betapa kecilnya dirimu?

Oh Tuhan,
begitu kerdilnyakah hati kami
sampai kami tak mampu mengurai ayat-ayatMu?
lalu di bawah kaki takdirMu
kami hanya berdiri serupa batu
mematung,
menunggu bunyi sangkakala israfil
yang katanya akan datang memecah sunyi
sembari menyingkirkan kemajuan zamanMu
yang kini kami sembah sebagai penggantiMu

:Tuhan, sungguh aku dalam keterasingan !


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun