Siapa yang tak kenal Semarang coba?. Ibukota provinsi Jawa Tengah, Ahmad Yani nama bandaranya, Tanjung Mas nama pelabuhannya, Tawang nama stasiun keretanya, Akademi Kepolisian terletak di sana, Laksamana Cheng Ho dengan mesjid tinggalannya, Gereja Blendug dan Lawang Sewu beserta misterinya, suasana malam penuh “tawaran” beserta “ciblek”-nya di seputaran Simpang Lima, Toegoe Moeda kalau pakai ejaan lama dan kota yang diabadikan dalam lagu jadul oleh karena kali (sungai)-nya yang banjir
Masalah kuliner, juga tak kalah dengan kota lainnya di Jawa Tengah dan Yogya tentunya. Lumpia, yang katanya hasil akulturasi budaya kuliner China dan Jawa, Lumpia Mataram sebagai contohnya. Ayam Goreng tulang lunak Keraton yang memang benar2 lunak tulangnya, jangan lupa dengan sambal yang mengiringinya. Pecel Mbok Sador di depan kantor Telkom di kawasan Simpang Lima dengan lauk gorengan dan jeroannya. Tahu gimbal beserta bumbu kacangnya dan jangan lupa Nasi Goreng Babat-nya yang selalu menggoda lidah dan selera.
Bicara nasi goreng babat, adalah sebuah warung kaki lima, di seberang Java Mall, biru warna tendanya (kalau belum berganti) dan di bawah gardu PLN. Sampai sejauh ini, tak ada duanya, bagi lidah saya tentu saja.
Tapi bagaimana kalau di seputaran Jakarta dan Bekasi untuk lebih spesifiknya?
Jangan khawatir. Di seberang lapangan tennis, jalan veteran, alun-alun Bekasi (saya sering bertanya2, kok alun-alun kayak gitu ya?) adalah sebuah warung yang menjajakan nasi goreng babat. Toegoe Moeda nama marketingnya.