Rapid test atau Swab perlu dilakukan agar bisa mengidentifikasi seseorang terinfeksi COVID-19. Umumnya dilakukan bagi orang yang akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang, indikasi ada gejala yang ditimbulkan COVID-19, Â lingkungan sekitarnya ada yang terpapar virus, atau alasan tertentu yang mewajibkan.
Saat pelaksanaan tes, akan memberi efek psikologi bagi yang dites. "Harap-harap cemas", bagaimana nanti jika hasilnya "positif"? Bagaimana dampaknya bagi keluarga dan orang-orang yang telah berinteraksi dengannya?
Setiap orang punya pengalaman dalam mengatasinya. Sebaliknya, bila hasilnya negatif. Tentunya menjadi harapan semua orang. Kita berdoa, semoga teman-teman yang sedang dirawat segera sembuh dan pandemi COVID-19 ini segera berlalu dengan hadirnya vaksin.
Swab tes yang difasilitasi oleh pemerintah dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu memutus mata rantai penyebaran. Bila tidak mendapatkan kesempatan, bisa dilakukan secara mandiri.
Pengalaman mengikuti tes secara mandiri di sebuah klinik. Staf klinik bertanya "tujuan apa Bapak melakukan tes ini?". Beberapa saat merenung dan menjawab untuk identifikasi awal, melindungi keluarga dan teman-teman.
Sepanjang antrian sekitar 20 orang, suasana mulai menegangkan. Satu persatu pasien yang dipanggil namanya. Tiba-tiba, perawat memanggil "Suzuki Hitam", suasana klinik jadi hening. "Pemilik Mobil Suzuki Hitam, plat nomor DD...." Pemiliknya berdiri dan bergegas memindahkan kendaraannya.