Tidak hanya komplek perumahan, para penyanyi di negeri ini pun tampaknya sudah enggan untuk menggunakan bahasa Indonesia di syair lagu mereka. Yang lebih memperihatinkan lagi, bahasa Indonesia sudah bercampur dengan bahasa Inggris dalam lagu mereka. Dan saya pun hanya bisa merenung, apakah bangsa ini sudah tidak punya bahasa lagi? Sehingga lebih memilih bahasa asing? Dan saya hanya bisa termenung (saja)
ini semakin diperparah pula dengan tingkah polah para pejabat pemerintahan, yang entah disengaja atau tidak, selalu menyisipkan bahasa asing dalam setiap pidato atau dalam suatu acara bincang-bincang di televisi. kenapa ini terjadi?
Saya jadi teringat perjuangan para pendahulu kita, yang memperjuangkan agara bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, pada saat sumpah pemuda. Apa jadinya jika mereka yang telah memperjuangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional Indonesia melihat keadaan negeri mereka saat ini. Entah apa reaksi mereka.
Suatu saat saya berbincang-bincang dengan seorang pria. Dia bersemangat menceritakan mengenai yayasan tempat ia beraktivitas. Cara bicaranya yang meledak-ledak sehingga pembicaraan menjadi tidak tentu arah.
dalam pembicaraan itu dia mengatakan bahwa ia sangat terbuka dengan setiap orang yang mau membantunya mengurus sebuah lembaga sosial tempat ia beraktibitas. Dan dia mengatakannya dalam bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris. Ia mengatakan,"saya sangat open to my heart buat siapa saja yang datang ke tempat saya,"
Dan sekali lagi, saya hanya bisa termenung (lagi).