Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Sudahlah, Pak La Nyalla! Kami Mau Nonton Bola

3 Mei 2015   08:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 700 4
Ada dua hal yang jengkelkan saya pekan ini. Satu soal TV Kabel. Kedua tentang internet. Uniknya, keduanya bisa dikaitkan dengan sepak bola. Dan alasan memilihnya juga karena bola. Nah?

Saya ceritakan yang persoalan kedua dulu, yang nanti langsung terkait ke pertama. Kalau internet masih ngadat juga di rumah saya, mungkin tulisan ini justru tak bisa Anda baca. Saya dibuat jengkel tak kurang tiga hari karena jaringan internet di rumah saya yang dikelola sebuah BUMN, ngadat. Bukan ngadatnya yang saya sesali tapi pelayanannya yang lambat.

Yang buat curiga, beberapa waktu sebelumnya saya ditawari oleh BUMN itu ke program yang baru. Internet plus jaringan TV Kabel. Saya tak mau. Saya yakin TV-nya bakal diacak saat pertandingan bola Indonesia Super League (ISL). Beda dengan TV Kabel lokal yang setia saya langgani. Tak ada yang diacak. Satu jam sebelum pertandingan biasanya saya sudah SMS atau telepon ownernya agar RCTI atau MNC Grup jangan diacak. Mereka bisa bikin server TV Kabel itu berpindah ke antena lalu dialirkan ke pelanggan. Meski gambarnya sedikit buram, yang penting bolanya nampak. Dan saya tak perlu memindahkan colokan TV saya ke antena.

Persoalannya sekarang, TV Kabel tak ada satu pun menayangkan ISL. Sebabnya Anda semua tahu, PSSI dibekukan. Jadi, bila akhirnya saya ambil keputusan menikmati internet plus TV Kabel itu saat belum mulai kompetisi, yakin saya bakal rugi. Karena ketika ISL bergulir, RCTI di TV Kabel BUMN itu diacak.

Macam tahu saja saya ini persoalan ya? He...he. Saya yakin, Menpora Imam Nahrawi bisa selesaikan kasus PSSI yang dibekukannya. Kompetisi segera bergulir lagi. Dan tentu saja tak akan merumitkan lagi persoalan sebelumnya. Termasuk hak siar bagi RCTI atau MNC Grup.
Apalagi dalam pandangan saya, Menpora berusaha "lembut". Tertanggal 30 April 2015, Menpora telah meminta PT Liga Indonesia (LI) untuk segera memutar kembali ISL pada 9 Mei 2015. Semua 18 klub boleh bermain termasuk Persebaya dan Arema Cronus. Tapi syaratnya, PSSI tidak dilibatkan. Meski PT LI dan 18 klub meminta PSSI diikutkan, Menpora kukuh. Sedangkan PSSI baru mau merapatkan ultimatum Menpora itu Sabtu 2 Mei 2015. Tulisan kolom ini sudah dibuat dan dikirim Jumat malam 1 Mei 2015. Jadi tak tahu apa keputusan PSSI.

Ada yang berpendapat, bakal ada dua kompetisi lagi. Ikut PSSI dan Menpora. Rasa saya tak akan ada yang berani menyelenggarakan. Buktinya, saat 25 April lalu gelaran ISL yang rencananya digelar, tidak dapat izin keamanan dari polisi. Artinya, pembekuan PSSI itu didukung seluruh elemen pemerintah Indonesia. Ada yang berani melawan?

Sudahlah, Pak La Nyalla! "Mengalah" dulu untuk menang. Jika Anda Ketua Umum PSSI yang cinta bola, maka biarkan seluruh pecinta bola Indonesia menikmati ISL lagi. Biarkan saya bisa nonton ISL tanpa diacak dari TV butut sambil menikmati kacang kulit. Syukur-syukur Divisi Utama bergulir dan ditayangkan TV juga hingga saya bisa nonton "tim saya" PSPS Pekanbaru. Atau ada lagi Piala Indonesia sehingga nampak pula di TV, tim kami warga Batam, PS Batam. ###(terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 3 Mei 2015)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun