Masih terngiang dalam pikiran saya ketika seorang trainer asal kota Samarinda menceritakan sebuah kisah penuh inspiratif. Kisah ini benar terjadi di Surabaya. Dan Akibat kisah tersebut membuat bulu kuduk saya bergetar dan hati pun jua merasakan getarannya. Yaitu kisah seorang anak miskin yang berjualan koran dari rumah ke rumah hanya untuk membiayai sekolahnya. Pada Suatu hari ia merasa sangat lapar karena seharian belum makan akibat ia tidak mempunyai uang. Akhirnya Ia memutuskan untuk minta makan pada rumah berikutnya, namun segera kehilangan keberaniannya ketika seorang wanita bijak telah membukakan pintu. Dia pun segan. Dia tidak berani untuk meminta makan. Sebagai gantinya ia hanya minta segelas air. Wanita itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, kelelahan dan kehausan di raut wajahnya. ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun sangat senang bukan kepalang dan meminumnya perlahan-lahan. “Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si wanita.
“Karena Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.” “Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.” Seorang loper Koran ini lalu meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Alloh dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib. Di kemudian hari dia menjadi pekerja keras untuk maju dan akhirnyapun berhasil menjadi dokter spesialis Beberapa tahun kemudian wanita itu menderita sakit parah. Wanita itu menderita sakit yang parah dan jarang sekali ditemui. Para dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit yang diderita. Wanita itu akhirnya membawa dirinya ke dokter spesialis di kota besar untuk diperiksa keadaannya. Mereka meminta seorang dokter untuk mendiagnosa penyakit itu. Ketika dokter itu mengetahui bahwa si pasien ini adalah penduduk yang berasal dari kota tempat ia pernah menjadi loper Koran, dokter itupun membulatkan tekadnya dan memanggil seluruh dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut untuk mendiagnosa penyakit wanita itu dan menyembuhkan pasien ini dari renggutan maut. Sejak hari itu dokter itu mengamati secara khusus keadaan penyakitnya. Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya dokter berhasil menyembuhkan dan menyelamatkan wanita ini dari renggutan maut. Akhirnya bagian penagihan dari rumah sakit membawa nota penagihan ongkos pengobatan ke tangan dokter untuk ditanda tangani. Dokter hanya memandang sekilas nota penagihan itu, lalu dia menuliskan beberapa kata di lembar kedua, kemudian memasukkan kembali nota itu ke dalam amplop lalu diantarkan ke pasien itu. Pada awalnya wanita itu tidak berani membuka nota penagihan itu, karena dia sudah bisa memastikan biaya pengobatan untuk sakitnya ini tentulah sangat besar hingga selama seumur hidupnya dia tidak akan sanggup melunasi. Tetap pada akhirnya dia memberanikan diri membukanya. Lembar pertama memang lah benar, biaya yang ditagih amatlah besar. Lalu dia membuka lembar kedua dan membaca berkali-kali tulisan itu hampir tak percaya:
“Satu gelas susu segar sudah cukup untuk membayar lunas seluruh biaya pengobatan”
KEMBALI KE ARTIKEL