Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Jelajah Bangkok ala Kami (Bagian 1)

7 Desember 2013   11:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:13 479 2

Alohaaa. Sudah 2 minggu berlalu, tapi rasa-rasanya masih sulit move on dari Bangkok. Hoho.

Yah bagaimana tidak, empat hari tiga malam di Bangkok rasanya masih kuraaaang untuk menjelajah. Tanggal 17-20 November dipilih sebagai waktu yang tepat untuk berlibur. Haduh, untung yaa sudah pulang ke Jakarta dari tgl 20. Sulit dibayangkan kalo saat ini masih di sana, disaat demonstrasi dan kerusuhan sedang menjamur di kota Bangkok. :(

Mungkin beberapa di antara Kompasianer sudah ada yang pernah pergi ke sana, tentunya dengan gaya berlibur yang berbeda-beda. Gaya koper atau gaya ransel? Hehehe.

Aku dan kedua orang temanku pergi dengan gaya ala backpacker sih (meski aktualnya bawa koper juga :D). Disebut ala backpacker karena pergi kesana pakai tiket promo, di sananya pun kami anti sama yang namanya taksi. Kemana-mana naik BTS (semacam commuter line di Jakarta). Kalau di sana sih BTS-nya baguuuus, nyaman, cepat, ah pokoknya beda tipis sama MRT di Singapura. Kami juga bukan menginap di hotel besar macam Novotel, Ibis, atau semacamnya. Kami cukup menginap di salah satu guest house, tapi lokasinya dooong tepat di jantung kota Bangkok, yaitu di kawasan Siam. Mall-mall besar kokoh berdiri tak jauh dari lokasi kami menginap, seperti MBK Centre, Siam Discovery, Siam Paragon, dan deretan pertokoan lainnya. Cocok buat yang hobi belanja. Hehehe.

Kami tiba di bandar Suvarnabhumi, Bangkok, pada hari Minggu pagi menjelang siang. Langsung makan siang, dan menuju hotel untuk menaruh barang, dan lanjut pergi ke Chatuchak Weekend Market. Untuk pergi ke sana, kami cukup naik BTS dari stasiun BTS terdekat dari hotel kami, yaitu BTS National Stadium.

Pasar Chatuchak hanya buka di akhir pekan saja lho. Semua ada di sana. Mau cari apapun pasti ada. Tapi pintar-pintarlah menawar yaa. Jangan mudah senang saat anda bisa menawar sampai setengah harga. Karena bisa jadi di mall lain, harganya malah masih lebih murah lagi.

Jangan heran kalau ada penjual yang suka menyapa anda dengan bahasa Indonesia. Itu trik penjual. Hehehe. Biasanya mereka akan bilang, “Ini murah ya”, atau “Ini bagus ya”. Pertama kali mendengar aku sempat tercengang, tapi lama-lama biasa juga. Pada akhirnya toh kita akan berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

Oh iya, selain bahasa Inggris, di pasar kita juga harus menggunakan bahasa lain yang tak kalah ajaib, yaitu bahasa kalkulator. Biasanya mereka tidak mau repot-repot adu argumen harga dengan bicara. Cukup tekan beberapa angka di kalkulator, dan itulah harganya. Saat kita mau menawar, kita tinggal balas pencet-pencet di kalkulator juga. Hehehe.

Untuk puas berkelililing di Chatuchak, setidaknya sediakan waktu minimal 3 jam. Itu pun belum tentu bisa semuanya terjamah. Dan untuk mempermudah pembeli, pada dasarnya Chatuchak dibagi menjadi beberapa blok-blok berdasarkan apa yang dijual. Bisa dicari kok petanya di Google.

Menjelang sore, kami kembali ke hotel untuk menyimpan hasil perburuan. Kaki rasanya sudah sakit minta ampun. Suaraku pun mendadak hilang dan tidak bisa bicara. Menyedihkan banget deh. Kami tidak bisa istirahat lama-lama dihotel. Menjelang pukul 7 malam kami berangkat menuju Asiatique The Riverfront untuk melihat festival Loy Krathong di sungai Chao Phraya. Kami cukup naik BTS untuk sampai dipinggir sungai Chao Phraya. Tapi untuk menuju Asiatique kami masih harus naik kapal. Haduh ramainya malam itu. Saat tiba di BTS Saphaan Thaksin, ribuan orang sudah berkumpul membawa krathong (mirip pot bunga yang isinya terdiri dari rangkaian daun dan bunga, dan terdapat lilin di tengahnya). Sejumlah orang mulai menyalakan lilinya dan melarungkannya di sungai. Bagus lho! Tidak hanya itu, coba lihat langit malam itu. Ratusan lampion diterbangkan ke langit dan sesekali terdengar suara kembang api. Semarak bukan main.

Nah, sembari menikmati pemandangan di langit Bangkok malam itu, toh kami masih tetap harus berdesakan mengantri di dermaga untuk bisa naik ke boat. Sungai Chao Phraya terlihat semarak di malam hari. Kapal-kapal ferry dengan lampu hias hilir mudik di sungai. Ada juga kapal yang menyediakan fasilitas makan malam di tengah sungai Chao Phraya.

Setelah 1 jam lebih mengantri, akhirnya dapat juga giliran untuk naik boat. Siuung, kapal motor kami membelah sungai. Kami menempuh waktu perjalanan kira-kira 10 menit untuk tiba di Asiatique. Tempat ini pun dipenuhi dengan ribuan turis dan penduduk asli. Sebagai gambaran, Asiatique adalah pusat berbenjaan dimana terdapat banyak pertokoan dan restoran, tapi dengan konsep terbuka (bukan mall yang menjulang tinggi). Mungkin akan lebih menyenangkan berada disana jika tidak dalam situasi hiruk pikuk seperti malam itu. Aku terpikir untuk ke sana lagi di siang hari. Tapi sayangnya belum kesampaian.

Sekitar jam 11 malam, saya memutuskan untuk kembali ke hotel. Wohoo, dan ternyata perjalanan pulang tidak kalah sengit. Kami kembali harus mengantri berdesakan naik boat. Jam 12 malam kami sampai di hotel, dan zzz.. Kami pun terlelap dan bersiap ke Pattaya esok pagi.. (bersambung)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun