Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng

Peri Hujan, Angin dan Raja Petir

4 Februari 2012   02:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 333 0
Di suatu negeri yang terletak di atas awan, terdapat seorang peri hujan yang bernama Rania. Rania bertugas menurunkan hujan, dan ia bersahabat dengan Raja Petir. Raja Petir selalu menemani Rania dengan petirnya yang berkilat-kilat keperakan saat hujan turun.
Suatu hari, Rania harus menurunkan hujan di suatu desa yang kekeringan. Desa itu letaknya jauh di selatan, sehingga Rania harus mengendarai Angin untuk bisa sampai disana. Sudah menjadi kewajiban Rania untuk membawa sekeranjang butiran-butiran hujan yang akan diturunkan di desa itu.
Rania menunggu Raja Petir sembari duduk bersila diatas awan yang lembut. Aneh sekali, Raja Petir tak kunjung datang. Biasanya jika Rania akan berangkat menurunkan hujan, Raja Petirlah yang menjemputnya. Rania menunggu Raja Petir dengan sabar. Akhirnya ia bersiul memanggil Angin yang juga sahabatnya. Angin itu bernama Bayu.

“Ayo Rania, kau sudah siap pergi ke desa di selatan? Penduduk desa itu pasti sudah menunggu hujanmu.” Kata Bayu berbisik pada Rania. Bayu memang selalu berbisik, karena kekuatan suaranya yang sungguh luar biasa. Jika Bayu berteriak sedikit saja, angin kencang akan muncul akibat suaranya.

“Aku masih menunggu Raja Petir.” Jawab Rania.

“Baiklah, ayo kita jemput Raja Petir dirumahnya.” kata Bayu. Rania mengangguk setuju, dia langsung menaiki punggung Bayu.
Bayu segera terbang membawa Rania ke rumah Raja Petir. Sesampainya di rumah Raja Petir, mereka bertemu dengan Raja Petir Tua, ayah dari Raja Petir.

”Kalian mencari Raja Petir?” tanya lelaki tua dengan jenggot yang melambai hingga dadanya itu.

“Benar paman. Hari ini aku harus menurunkan hujan di selatan. Biasanya Raja Petir menemaniku.” Jawab Rania sopan.

“Baiklah, kupanggilkan Raja Petir, namun dia sedang bersedih.” Kata raja tua itu.

Rania menoleh pada Bayu dengan tatapan bingung. “Kenapa Raja Petir bersedih?” tanya Rania. Bayu hanya menggelengkan kepalanya, merasa sama bingungnya dengan Rania.

Setelah beberapa lama, Raja Petir keluar dari rumah bersama ayahnya. Raja Petir Tua membawa sekeranjang buah persik yang sangat lezat.

“Ini silakan dimakan.” Kata Raja Petir Tua sambil berjalan kembali memasuki rumah. Rania mengangguk dengan sopan, sementara Bayu sangat kegirangan, dia sangat menyukai buah persik. Langsung saja, dia memakan dua biji sekaligus. Rania tertawa melihat tingkah Bayu. Namun aneh, Raja Petir yang biasanya ceria, tampak sangat murung.
“Raja Petir, kau kenapa?” tanya Rania sambil duduk di sebelah Raja Petir. Raja Petir menunduk dengan sedih.

“Petirku dicuri.” jawabnya. Rania sangat terkejut. Bayu yang sedang mengunyah buah persik sampai tersedak dibuatnya.

“Kenapa bisa begitu?” teriak Banyu, seketika angin langsung bertiup kencang, menerbangkan beberapa tanaman milik Raja Petir Tua.

“Bayu! Jangan berteriak begitu! Lihat angin menjadi begitu kencang karena suaramu!” pekik Rania.

Bayu mengangguk dengan tersipu-sipu. “Maafkan aku, aku terlalu kaget mendengarnya.” ujar Bayu kembali berbisik. Seketika angin kencang itu menghilang.

“Kenapa petirmu bisa hilang?” tanya Rania. Raja Petir memandang Rania dengan sedih.

“Oh Rania, aku tak kan bisa menemanimu dengan petir lagi saat kau menurunkan hujan.” isaknya. Rania menepuk-nepuk pundak Raja Petir dengan lembut, menenangkannya.

“Tenanglah Raja Petir. Ceritakan pada kami.” Ujar Rania, Bayu mengangguk setuju disebelahnya.

“Semalam aku bertengkar dengan kakakku, Raja Guntur.” Raja Petir mengawali ceritanya sambil menatap Rania dan Bayu bergantian.

“Raja Guntur mengatakan, seharusnya ialah yang memiliki petir, karena ia lebih tua dariku. dia mendorongku berkali-kali. Sebenarnya aku berniat menyambarnya dengan petirku, tapi aku tak ingin menyakiti kakakku sendiri. Namun, Raja Guntur malah menyerangku terus menerus. Dengan gesit dia berhasil merebut petirku dan membawanya pergi.” Raja Petir kembali tertunduk sedih.

Petir milik Raja Petir berbentuk seperti kilat dan berwarna perak. Petir itulah yang menyebabkan adanya kilat yang menyambar-nyambar diiringi suara gemuruh yang kencang. Raja Guntur hanya bisa membuat suara gemuruh tanpa diiringi kilat yang menyambar. Karena itulah Raja Guntur merasa iri pada Raja Petir.

“Apa ayahmu tidak membantumu?” bisik Bayu. Raja Petir menjawab dengan suara yang lirih.

“Ayah sudah tua. Dia sudah tidak memiliki kekuatan apapun lagi. Kekuatan petir dan guntur sudah diwariskannya padaku dan kakakku. saat akan menengahi perkelahian kami, Raja Guntur mendorong ayahku sampai terpelanting.”

Rania menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa prihatin. “Kalau begitu, kita cari raja Guntur, lalu mengambil kembali petirmu darinya.” ujar Rania seraya berdiri.

“Tunggulah disini, aku harus menurunkan hujan di selatan. Nanti aku akan kembali kesini bersama Bayu.” janji Rania.

“Aku ikut Rania. Aku harus mengambil petir itu darinya. Raja Guntur semalam juga mengancamku, dia akan mengikutimu menurunkan hujan, lalu akan membuat hujanmu menjadi badai yang penuh dengan kilatan petir dan gelegar guntur.” Kata Raja Petir sambil ikut berdiri. Rania terperanjat, tak mampu berkata-kata.

“Tega sekali kakakmu itu.” dengus Bayu kesal.

Rania mengangguk pasrah, meskipun dalam hati ia tidak mau ada pertengkaran antara Raja Petir dan Raja Guntur. Pertengkaran mereka, apalagi saat hujan turun, bisa mengakibatkan badai yang sangat dahsyat. Apalagi ada Bayu yang mudah terpancing amarah, keadaan bisa sangat berbahaya, tidak hanya bagi desa di selatan itu, tapi juga bagi Negeri Awan.
Setelah berpamitan pada Raja Petir Tua, mereka bertiga menuju desa selatan. Raja Petir mengendarai awan kelabunya, sementara Rania menaiki punggung Bayu. Tidak ada satupun yang berbicara seperti biasanya. Ketiganya merasa cemas mengenai apa yang akan dilakukan Raja Guntur. Rania melirik isi keranjangnya. Isinya berupa butiran-butiran hujan yang seperti embun. Dia berharap, semoga butiran itu tidak diperlukannya untuk menyerang Raja Guntur. Rania memang mempunyai kekuatan bisa mengubah butiran hujannya menjadi kristal-kristal tajam untuk menyerang siapa saja yang bermaksud jahat padanya. Kristal-kristal itu juga sangat beracun, siapa saja yang terkena akan terluka parah, bahkan mati.
Sesampainya di desa selatan, Rania mulai menurunkan butiran hujannya satu persatu. Penduduk desa selatan bersorak kegirangan, hujan akhirnya turun. Mula-mula gerimis lalu berubah semakin deras. Sesekali Bayu bersiul meniupkan angin semilir membuat hujan menjadi semakin indah.

Namun, penduduk desa itu juga heran, tidak ada gemuruh guntur dan petir yang mengiringi hujan kali ini.
Raja Petir melihat Rania dan Bayu dengan sedih. Dia tidak bisa mengiringi hujan Rania dengan petirnya. Tiba-tiba kilat menyambar-nyambar dengan hebatnya diiringi suara gemuruh yang menggelegar. Raja Guntur menghampiri mereka menaiki awan hitamnya.

Raja Guntur tertawa-tawa sambil menyambarkan petirnya ke segala arah. Dibawah sana, penduduk desa mulai ketakutan karena hujan ini terasa begitu menyeramkan. Hujan yang tidak seperti biasanya karena diiringi dengan kilatan petir yang menyambar-nyambar dengan liar. Sebentar lagi pasti badai dahsyat!

“Hentikan kakak! Kembalikan petir itu padaku!” teriak Raja Petir sembari menghampiri kakaknya.

“Minggir kau! Petir ini milikku sekarang. Aku jauh lebih kuat daripada kau!” ujar Raja Guntur sombong sambil terus menyambarkan petirnya dengan liar.

“Hentikan Raja Guntur! Kembalikan petir itu!’ kata Bayu marah, lalu meniupkan angin besar yang menghantam Raja Guntur, membuatnya terpelanting dari awan hitamnya. Raja Guntur menjadi marah, dia membalas Bayu dengan menyambarkan petir ke tubuh Bayu, membuat Bayu terjengkang.
Rania berlari menghampiri Bayu yang tergeletak pingsan, dan dari sudut matanya ia bisa melihat Raja Guntur menyerang Raja Petir. Berkali-kali Raja Petir tersambar oleh petirnya, dan akhirnya Raja Petir roboh diatas awan kelabunya. Amarah Rania meluap. dihampirinya Raja Guntur yang tertawa melihat saudaranya terluka.

“Kau Raja Guntur jahat! Hentikan semuanya!’ pekik Rania.

“Kau cuma peri hujan, kau berani menantangku?” tanya Raja Guntur sambil berjalan mendekati Rania dengan sombongnya.
Rania memejamkan matanya berkonsentrasi. Mendadak butiran hujan di keranjangnya melayang, berubah menjadi kristal-kristal tajam.

“Dasar bodoh kau! Kristal-kristal kecilmu itu akan hancur tersambar petirku.” ledek Raja Guntur mengacungkan petir kearah Rania. Raja Guntur tidak tahu bahwa kristal-kristal Rania itu mengandung racun yang bisa melukainya.

“Kembalikan petir itu, aku tak kan menyakitimu. Kita bisa menjadi teman.” bujuk Rania. Rania tidak ingin berperang melawan Raja Guntur yang merupakan kakak dari sahabatnya.

Raja Guntur menyerang Rania dengan petirnya. Rania melompat menghindar dengan gesit. Rania mengibaskan tangan, kristal-kristalnya langsung menyerang Raja Guntur. Kristal-kristal itu berterbangan menghujani raja Guntur. Raja Guntur kewalahan dibuatnya. Kristal-kristal itu menyengatnya, menggores-gores badan Raja Guntur dan menimbulkan luka di seluruh badannya. Raja Guntur akhirnya jatuh terduduk dan petir terlempar jatuh dari tangannya. Rania memungut petir itu, lalu menghampiri Raja Guntur yang sedang kesakitan. Rupanya ia terluka parah.

“Maafkan aku.. Jangan sakiti aku.. Aku hanya ingin lebih hebat dari adikku..” isak Raja Guntur.

“Kau mau berjanji tidak akan menyakiti adikmu lagi?” tanya Rania. Kristal-kristalnya sudah menghilang, kembali menjadi butiran hujan.

“Iya, aku berjanji..” ujar Raja Guntur lirih. Rania mengusapkan tangannya pada Raja Guntur, lalu berkonsentrasi sambil memejamkan matanya. Dalam sekejap, Raja Guntur sudah kembali sehat seperti sedia kala.
Raja Guntur membantu Rania membaringkan Bayu dan Raja Petir di atas awan hitamnya yang besar.

Rania tidak bisa menyembuhkan luka Bayu dan Raja Petir. Dia hanya bisa menyembuhkan luka yang diakibatkan oleh Kristal Hujannya. Mereka harus dibawa kembali ke Negeri Awan. Setelah diobati oleh Tabib Pelangi, Raja Petir dan Bayu kembali sehat.

Setelah itu, Raja Guntur meminta maaf kepada Raja Petir, dan akhirnya mereka berempat menjadi sahabat. Saat Rania akan menurunkan hujan, Raja Guntur membuat gemuruh pertanda hujan akan datang. Sedangkan Bayu dan Raja Petir mengiringi hujan Rania dengan angin dan petir seperti biasanya. Hujan menjadi semakin indah berkat persahabatan mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun