Aku mengais remah-remah kenangan, melihatmu dalam potret yang bernama: ingatan.
Bibir berpagutan, sepasang jemari berkait, lutut yang bergesekan, dan pelukan sepanjang malam.
“Kita, sepasang lengan. Salah satu tercerabut, tidak akan terganti”
Aku mengingat ampas kopi yang kusesap di balik bibirmu. Aku masih mengendapkannya di dalam dadaku.
Kau, membuatku tidak tidur semalaman. Dan sebelah lenganku tercerabut. Tidak terganti.