Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Tiga Perempuan di Benua Biru

2 April 2015   16:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 145 0
Tiga Perempuan di Benua Biru

Lepas dari kampus tadi sore sembari melewati jardin luxembourg menuju shuttle bus 27 arah porte de ivry, saya teringat dengan 3 (tiga) kawan saya. Tiga perempuan muda yang selalu semangat. Ketiganya dari daerah yang berbeda di Indonesia : Padang,Yogyakarta,dan Palembang. Paris telah mempertemukan saya dengan ketiganya. Mereka adalah Fadhilah Muslim, Aishah Prastowo,dan Sri Rezeki.

Seperti halnya interaksi dengan banyak pelajar/mahasiswa asal Indonesia lainnya, bersama menjadi saksi atas setiap keringat ikhtiar  menuntut ilmu, serta memiliki keinginan keras mewujudkan cita-citanya. Selalu ada penggalan kisah yang menarik untuk setiap laku yang mereka tuturkan dan jalani.

Ketiganya memiliki kesamaan satu sama lain. Usianya seumuran, sama-sama menikmati suasana pendidikan di jantung Eropa untuk program master, dan mereka juga sama-sama dari daerah di Indonesia. Selain itu, cerita ketiganya kemudian berlanjut dengan mendapatkan kesempatan mengambil doktor (Ph.D) di negeri yang sama yakni Inggris mulai tahun ini. Belum masuk usia seperempat abad, tapi tekadnya bisa menjadi motivasi bagi yang lain.

Cita-cita besar mereka segera kembali ke tanah air berkontribusi untuk ibu pertiwi sesuai ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Sebuah harapan ideal bagi semua pelakon anak bangsa yang saat ini tengah berjuang menjalani tugas belajar dinegeri rantau.

Fadhilah Muslim

Uni Padang ini misalnya, ia selalu mengatakan bahwa daya juang yang ia punyai sekarang tidak lepas dari semua kenangan masa kecilnya di ranah minang. Sebagai anak daerah, ia perlu kerja keras yang lebih untuk mendapatkan tempat diperguruan tinggi di ibukota saat itu. Ia meyakini bahwa jalur pendidikan adalah salah satu cara menuntunnya meraih kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Mimpi dan kerja keras adalah modalnya saat memasuki Fakultas Teknik Sipil UI yang kemudian mengantarkannya mengambil master di École Nationale Des Ponts et Chaussées,Paris atas beasiswa dari DDIP Dikti (Double DegreeIndonesia-Perancis) dan BGF (Bourse Governement Francais). Setelah kelar master tahun lalu, tahun ini dengan memanfaatkan beasiswa dari LPDP Departemen Keuangan,Fadhilah berhasil melanjutkan study di Imperial CollegeLondon (ICL),Inggris.

“Alhamdulillah saya diterima di ICL ini. Sebenarnya saya juga mendapatkan kesempatan di beberapa universitas top dunia lainnya, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya memilih ICL untuk merealisasikan riset saya terkait Materials science for sustainable construction, terlebih lagi karena prestasi ICL yang dalam beberapa tahun terakhir menjadithe best university bergantian dengan MIT, dan universitas top lainnya untuk program studi teknik sipil, ini tentunya menambah keyakinan saya untuk memilih ICL” ungkap alumni SMAN 10 Padang ini.

Bagi Fadhilah, apapun jenis mimpi dan harapan positif yang ingin kita raih, jika kita bersungguh-sungguh, tak pernah pantang menyerah, serta selalu berdoa maka ia yakin kita bisa meraihnya.

“Jikapun gagal, itu artinya usaha kita tanpa disadari ternyata belum maksimal, atau memang Tuhan mempersiapkan kita kepada pilihan lain yang lebih baik. Jadi jangan pernah cepat berputus asa terhadap apapun yang dilakukan dan selalu berfikir positif pada-Nya,”tuturnya.

Aishah Prastowo

Perempuan muda berikutnya Aishah Prastowo, jebolan SMAN 3 Yogyakarta. Ya masih sangat muda, dinamis dan sempat menjadi sekretaris jenderal PPI Perancis. Temen-temen mahasiswa di Paris menjulukinya “Kembang Desa dari Yogya” yang santun  dan rendah hati.

Memasuki Paris tahun 2011, Aishah mengambil Master 1 dan master2 nya dibidangApproches Interdisciplaires du Vivant, sebuah program kerjasama Universite Paris 5 Descartes &  Universite Paris 7 Diderot atas dukungan  beasiswa pemerintah perancis.

Tidak menunggu waktu yang terlalu lama, tahun ini Aishah berhasil mendapatkan beasiswa LPDP Departemen Keuangan untuk mengambil doktor di Oxford University,Inggris. Bukan hal yang mudah baginya untuk menembus Oxford ini. Ia harus meyakinkan Profesor disana terkait risetnya yang merupakan kombinasi Engineering Science kerjasama dengan sekolahPathology. “Riset saya ini interdisipliner antara teknik dan biosains”,ungkap Aishah.

Dengan ringan ia pernah bertutur “Selagi ada kesempatan ya daftar, sekarang banyak sekali tawaran beasiswa, semua orang di tanah air bisa memanfaatkan itu, jangan berhenti mencoba, kalo gagal, bisa coba lagi sampe berhasil”. Oxford bukan sekedar label keberhasilan atau pencapaian cita-citanya, tapi baginya melalui perjuangan belajar di tempat barunya ini, kelak ia bisa berperan serta dalam kemajuan sciences, riset & teknologi di tanah air di masa yang akan datang.

Menurut Aishah setiap upaya pasti menghadapi ujian, kesulitan juga akan selalu ada,tergantung kita menyikapinya. “Jangan berhenti mencoba karena kita nggak tau kapan kita beruntung, tapi saya yakin keberuntungan hanya datang pada orang yang siap menerimanya,”ujarnya.

Sri Rezeki

Semangat dan optimisme juga selalu terpancar dari Sri Rezeki, putri Palembang yang selalu bangga saat bercerita tentang kampung halamannya. Minatnya pada hubungan internasional dan energi,menggiringnya masuk di jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Indonesia selepas dari SMA 2 Sekayu Palembang.

Hanya perlu waktu 3 (tiga) tahunan di HI UI, kemudian ia mendapatkan kesempatan untuk mengambil master International Energy di Sciences-Po,Paris dengan beasiswa dari Dikti. Sciences-Po dikenal sebagai institusi pendidikan  tinggi bergengsi di Perancis khususnya dalam bidang ilmu politik dan kebijakan publik.

Proses aplikasi untuk Ph.D bersamaan waktunya dengan penulisan thesisnya. Bukan hal yang mudah menjalani fase-fase ujian ini. Namun ia selalu ingat pesan orang tuanya bahwa ia harus ikhtiar dengan ikhlas dan gigih memperjuangkan apa yang kita inginkan.

“Akhirnya dengan beasiswa Jardine Foundation, Insya Allah oktober tahun ini saya lanjut doktoral Development study di Cambridge University,Inggris sesuai yang saya cita-citakan”,jelasSri.

Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi dirinya selain bisa bermanfaat bagi orang lain. Sri berharap disetiap langkah kehidupan saat ini dan kedepan, ia senantiasa diberikan kesadaran untuk bisa berbagi manfaat baik ilmu,pengetahuan,maupun semangat yang tengah dijalani sekarang.

Benua Biru

Tiga perempuan muda dengan genggaman cita-cita besar untuk diri, keluarga dan ibu pertiwi. Mereka berangkat dari kampung halamannya masing-masing, berjuang, bekerja keras dengan fondasi cita-cita dan mimpi yang kuat untuk masa depannya. Mereka berikhtiar mewujudkannya dengan siap, sigap dan percaya diri meski mereka tahu ujian, tantangan dan resiko akan datang silih berganti.

Pribadi-pribadi yang pantang menyerah dalam menjemput impian, mendatanginya hingga tercapai kemudian yang diinginkan. Kampung halaman menjadi energi penyemangat dan benua biru laksana tempat perjumpaan takdir perwujudan mimpi-mimpinya.

Di sekitar kita banyak sekali anak-anak bangsa yang memiliki mimpi dan cita-cita ke arah kehidupan yang lebih baik dalam beragam bidang, minat, dan potensi. Tantangan latar belakang sosial, pendidikan,budaya dan ekonomi sudah seharusnya dijawab dengan gerak bersama kita semua,menebarkan semangat bahkan turut membantu menghantarkan jalan pada kemajuan anak-anak bangsa sesuai dengan kapasitas dan peran kita masing-masing dimanapun kita berada dan berkiprah.

Tentu harapannya kesempatan emas melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya bisa dirasakan lebih banyak lagi oleh semua anak bangsa dari seluruh penjuru negeri.

Sebuah rasa syukur bagi mereka yang telah mengenyam pendidikan lebih dulu untuk terus berbagi asa tak kenal henti. Bahwa hak untuk maju adalah milik kita semua dimana cita-cita dan mimpi ke arah hidup yang lebih baik bisa kita wujudkan tanpa kenal menyerah. ***

@ massena - avenue pierre semard.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun