Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Lain Dulu, Lain Sekarang, Lain Masa yang Akan Datang

23 Oktober 2011   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 153 0

Jika dulu uang saku saat sekolah SD cukup dengan Rp. 500., saja, dan itu pun sangat lebih dari cukup untuk jajan dan menabung di sekolah, maka saat ini, rupiah sejumlah itu dianggap tidak seberapa. “Minimal Rp. 5000.,” demikian tutur salah seorang tetangga ketika berbicara tentang jumlah uang saku yang diberikan setiap hari untuk anaknya yang masih TK.

Anggap saja, dalam suatu keluarga ada tiga orang anak, misalkan, si kakak SMA, yang ke dua SMP, dan yang bungsu masih SD, maka minimal uang yang harus dikeluarkan setiap harinya adalah Rp. 15.000., setiap minggunya Rp. 105000., dan setiap bulannya Rp. 450.000.

Itu pun kalau disama-ratakan, sedangkan kebutuhan mereka bertiga pastinya berbeda-beda, karena semakin tinggi jenjang pendidikan, akan semakin banyak yang dibutuhkan. Dan itu hanya hitung-hitungan untuk uang saku saja, tentu selain itu masih ada biaya lainnya yang juga harus diperhitungkan; bayaran SPP, membeli alat tulis, seragam, dsb.

Hmm.. 10 atau 20 tahun mendatang, berapa yah uang saku yang harus diberikan untuk anak sekolahan?

Jika dulu saat masih kanak-kanak, permainan yang digemari adalah petak umpet dan kucing-kucingan, anak jaman sekarang malah sudah sibuk sendiri dengan telepon genggam.

Celakanya, fenomena di dunia perkuliahan, dosen sampai berkeringat menjelaskan, mahasiswa justru sedang asyik SMSan/BBMan. Bagaimana jika fenomena tersebut ada juga di kelas setingkat SD? Semoga saja tidak.

Bayangkan, anak kecil sekarang tidak tertarik lagi dengan petak umpet dan kucing-kucingan, karena lebih tertarik dengan telepon genggam, hmm… 10 atau 20 tahun mendatang, permainan apa yah yang dianggap menarik untuk anak-anak?

Jika dulu banyak sekali lagu anak-anak yang memang dipopulerkan oleh anak-anak, dan lagu-lagu daerah yang memang diajarkan di sekolah, sehingga tak perlulah seorang anak menyanyikan lagu yang belum pantas dinyayikan oleh anak seusianya, maka saat ini, anak-anak justru lebih sering mendendangkan lagu cinta sambil lenggak-lenggok seperti penyanyi dewasa, padahal mereka sendiri belum mengerti apa itu cinta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun