Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Supir Angkot Saja Membaca, Kita?

23 Oktober 2011   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 215 1

Pagi itu, saya sedang berada dalam sebuah angkot menuju kampus saya di bilangan Lengkong Besar, Bandung. Seperti biasa, udara Bandung di pagi hari dan pemandangannya yang asri selalu mengundang saya untuk celingak-celinguk kesana kemari, barangkali ada sesuatu yang layak untuk dijadikan inspirasi.

Beberapa kali angkot yang saya naiki tersebut ngetem, menunggu penumpang lain hingga bermuatan penuh. Untung saja, saat itu saya sedang tidak dikejar waktu, jadi tak perlu meminta supir angkot untuk segera melaju. Ya, siapa yang tidak kenal dengan watak angkutan umum yang kadang tidak peduli jika penumpangnya sudah banyak yang menggerutu ingin segera sampai di tempat yang dituju, namun kadang kita juga sebagai penumpang tidak peduli bahwa supir angkot juga butuh pertimbangan jika hanya mengangkut satu atau dua orang, tentu ia harus mengumpulkan sejumlah uang untuk nantinya disetorkan.

Kembali ke angkot yang saya tumpangi, ada yang istimewa kali ini.

Pak supir ternyata tidak sendiri. Ia ditemani oleh koran yang disimpan di sela-sela joknya. Sambil ngetem, ia buka koran tersebut dan membacanya. Demikian juga saat lampu merah di beberapa titik jalan yang dilewati, ia melanjutkan bacaannya. Mungkin pak supir sudah tahu persis bahwa menunggu lampu merah di beberapa ruas jalan tersebut menghabiskan waktu yang cukup lama, jadi ada baiknya memang jika melanjutkan bacaan korannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun