Oleh: Ade Satriana Nst
Ini kisah salah satu di antara beberapa ODGJ. Hampir dua belas tahun dia hidup di jalanan. Tidur berselimut dinginnya malam, beratap langit dan cahaya bintang. Di bangku halte panjang, tubuhku meringkuk sendirian.
Tidak ada satu pun yang peduli. Semua menganggap dia gila, atau mungkin benar gila. Baju yang dia pakai hanya berganti ketika seseorang menggantikan bajunya. Upahnya sebungkus nasi tuk mengganjal perut.
Dia tidak butuh mandi, makan teratur atau pun olah raga. Syukurnya dia tidak pernah merasakan sakit. Sakit hanya ketika lapar, haus, dan bila turun hujan kedinginan.
Berjalan di bawah teriknya matahari, tidak membuatnya takut, bila kulit akan menghitam. Dia terus menempuh perjalanan tanpa tujuan.
Dia tidak mengenal lagi dirinya, keluarga, dan apa pun itu. Dia juga tidak tahu mengapa orang menghindar darinya, jijik, atau takut padanya.
Tapi kini banyak you tober mengambil konten tentang orang-orang seperti dirinya. Setidaknya mulai ada yang mau peduli terhadap orang-orang seperti itu. Mereka mempopulerkan istilah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa). Itulah istilah yang di gunakan saat ini untuk memperhalus sebutan orang gila.
Beberapa you tober, membuat konten tentang ODGJ. Mereka melayakkan hidupnya, membersihkan tubuhnya yang dekil ini, memotong rambut gimbal dan kuku hitam panjangnya. Menumbuhkan semangat untuk pulih, dan mengembalikan ke keluarga, bila masih ada keluarga yang mau menerima untuk kembali. Kalau tidak memiliki keluarga, mereka akan mengantar di beberapa yayasan yang melayani ODGJ.
Peran beberapa you tober ini membantu pemerintah untuk menanggulangi beberapa ODGJ yang masih berkeliaran di sepanjang jalan. Apapun itu tendensinya, setidaknya telah memberikan pengaruh positif dalam sosial masyarakat.
Sebutan ODGJ masih asing bagi sebagian masyarakat umum. Telinga masyarakat sudah terlanjur familier dengan ejekan anak-anak yang selalu berteriak,