SUNGGUH berat penderitaan yang sudah dijalani, Suhardi. Hampir enam tahun lamanya, ia terpenjara di dalam gubuk.
Bukan disekap atau dipasung. Ia hanya mengidap penyakit kulit.
Sakit? Tidak. Ia sehat-sehat saja.
Ia bisa makan juga minum seperti kondisi orang sehat pada umumnya. Hanya saja, penyakit kulit itu yang membuatnya tampak sakit. Padahal, tidak.
Tetapi, andaikan ia tidak segera ditangani. Bisa saja, pemuda yang baru berusia 21 tahun itu tewas. Beruntung, ia bisa menghubungi Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan di istagramnya kala itu, sehingga ia bisa dirawat.
Syukur. Bukan sembarang orang yang merawatnya. Ada perawat spesial penyakit kulit yang sudah lama mengabdikan hidupnya di RSUD Syekh Yusuf, Gowa, Sulawesi Selatan.
Orangnya cantik juga Imut. Baik hati. Namanya, DR. Dr. Muji Iswanty, SH,MH,SpKK, M.Kes. Kata Suhardi, orangnya baik hati. Bahkan siap menjaganya. Menjaminnya. Atas semua kebutuhannya selama dirawat.
Namun, tulisan ini tidak untuk membahas siapa dokter cantik itu. Siapa Adnan Purichta Ichsan itu. Namun, bagaimana Suhardi menjalani hidup. Bertahan hidup melawan penyakit kulit itu.
Sebab, derita Suhardi sungguh diluar akal sehat. Ia mampu bertahan hidup di dalam gubuk selama enam tahun dengan gatal yang menjalar setiap waktu. Setiap detik. Tanpa ampun.
Belum lagi, gubuk peninggalan neneknya, almarhumah Dg Nari (90) itu. Yang meninggal pada 2013 silam itu kondisi dinding papannya sudah rapuh juga atap seng yang sudah bolong-bolong.
Sebenarnya, kata pemuda kelahiran Gowa di Kampung Palompong, Dusun Pabbentengan, Bajeng itu, ia pernah putus asa. Nyaris bunuh diri. Beruntung masih punya sedikit iman. "Bunuh diri itu dosa," katanya, Mei 2019 lalu saat dijumpai di rumahnya.
Kata Suhardi, kala itu ia tak kuasa menahan pedih. Apalagi menjadi beban kakak kandungnya, Risal. Ia mengaku, malu. Harus dirawat hampir enam tahun lamanya oleh kakaknya itu.
Sementara, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tak bisa kemana-mana lagi. Belum lagi, tangan dan kaki nyaris lumpuh. Tak bisa digerakkan sama sekali.
"Bisa sebenarnya, tetapi harus saya dipaksakan," ujarnya.
Berpindah tempat beberapa meter pun demikian. Ia mengaku saja harus ngesot. Apalagi, bila diminta bekerja mencari uang. Pasti sudah tak bisa.
"Pedih rasanya," kenang Suhardi.
Namun mau diapa. Kata Suhardi dalam kurung enam tahun itu hampir tak ada orang yang bisa merawatnya. Selain Risal, kakak kandungnya itu.
Tetangganya? Sudah jelas juga tak bisa. Mereka saja susah. Apalagi, jika diminta tolong.