Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

INSPIRASI KECIL BERMAKNA @ BUKBER TELKOMSEL-KOMPASIANA

22 Agustus 2011   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:34 75 0
[caption id="attachment_125839" align="aligncenter" width="300" caption="Keceriaan sesaat setelah buka bersama Telkomsel -Kompasiana"][/caption]

Buka bersama Telkomsel dan Kompasiana pada tanggal 13 Agustus lalu , tidak hanya menjadi acara yang berksesan. Karena selain ingin kumpul bareng kompasianer untuk menjalin pertemanan, mengikuti acara ini karena ingin suasana berbeda, maklumlah, anak kos yang selalu buka dan sahur sendiri tanpa keluarga. Selain itu makan gratis ditemani artis, bagi saya itu anugerah.

Namun ada perasaan yang sudah terbayang sebelum berangkat ke acara ini. pertama, saya tidak ada teman. karena rekan kompasianer beberapa tidak mungkin bisa ikut. Kedua, saya orang yang tidak percaya diri (PD), karena perkiraan saya yang ada disitu pastilah kompasianer senior dan punya jam terbang tinggi menulis.

Benar saja, ketika saya datang, selain harus keliling areal Mall Central Park, naik turun karena saya pikir ada dilantai tiga untuk mencari lokasi acara dan setelah ketemu, menyendiri diantara para kompasianer yang kebanyakan sudah saling berbincang akrab. Saya lalu duduk di bagian paling belakang melihat sajian hiburan di panggung dengan sedikit menyipitkan mata karena matahari sore yang menyorot arah berlawanan.

Masalah sendiri, itu masih asyik karena tak lama saya berkenalan dengan rekan kompasianer yang cukup sudah berumur lebih tua. Namun psikis saya di Kompasiana ini tidak begitu PD (percaya diri). Selain baru, saya terhitung bukan anggota yang punya jumlah tulisan yang banyak dan kelayaban aktif berkomentar menejelajahi tulisan.

Ditengah kesindirian itu, menyaksikan para kompasianer yang sering saya baca tulisannya dari tempat duduk saya, acara di ruang terbuka memberikan halinspiratif. Karena ruang terbuka, selain para kompasianer yang berseragam merah, bertuliskan Ramadhan Ceria dari Telkomsel, di sekitar taman Tribeca itu juga berkumpul anak-anak breakdance yang tengah latihan. Umur-umur mereka muda dan sangat elastis sekali tubuh mereka.

Posisi saya yang paling belakang, membuat jarak duduk saya dengan anak-anak break dance yang berjumlah puluhan itu begitu dekat. Mereka sangat atraktif, unjuk kebolehan mulai dari menari hingga beratraksi yang membuat decak kagum ketika merak melompat, jungkir balik, membalik tubuh sambil bergaya. Owww..dalam hati saya berkata “T.O.P,” nampak mereka tidak takut jika terjadi cidera.

Sambil menyaksikan acara dipanggung, sesekali saya melihat pada anak-anak ini ketika beratraksi ria. Diantara sekumpulan anak-anak usia SMP-SMA itu, terdapat seorang anak yang masih berbadan kecil bermuka anak-anak sekitar umur SD di bawah kelas 5 SD. Badannya yang kurus dan matanyayang sipit menyelinap diantara anak-anak remaja yang membentuk lingkaran. Entah latihan atau tak ingin kalah pamer, ia pun unjuk kebolehan melakukan atraksi yang yangb tak kalah menariknya. Menjungkir balikan bandannya, sambil ditonton beberapa temannya yang lebih besar. Naas, pendaratannya tidak mulus. Ketidaksempurnaan memutar balikan karena mungkin kurang hentakan kaki saat melompat, membuat pantatnya yang malah mendarat di dasar keramik, untunglah kedua tangannya sedikit menopang.

Mukanya menahan kesakitan, teman-temannya sempat tertawa dan menyesalkan ketidak berhasilannya. Seorang anak yang lebih besar, memberikan sebuah arahan pada anak sipit yang makin menyipit karena menahan sakit itu. Tak lama, dia kembali beratraksi walau hanya biasa-biasasaja. Saya pun berpindah ke kursi bagian depan yang baru ditata panitia.

Disitu saya melihat satu inspirasi besar, bagaimana anak kecil sipit itu jika dianalogikan adalah saya atau rekan kompasianer lain yang punya rasa ketidak percayaan, ketika melihat berseliweran tulisan-tulisan “mbah-mbah” yang sudah lama dengan tulisannya yang sudah berjuta kata di blog kompasiana yang bagus dan menarik.

Nilai besar pada anak itu yang bisa saya ambil adalah ia seolah tidak berfikir dan merasa malu melihat kemampuan katakanlah senior-seniornya dengan kemampuan dan jam latihan yang membuat kemampuan para seniornya jauh diatasnya. Tapi itu dihiraukannya, yang ia lakukan adalah ia berlatih dan beratraksi agar dapat seperti senior-seniornya, tanpa berfikiran malu dan tidak berani tampil karena melihat skill mereka yang sudah jago. Inspirasi besar dengan bercermin pada anak kecil sipit itu.

Hmm, walau tak mendapat hadiah undian, acara buka bersama oleh Telkomsel bersama Kompasiana juga ada Kompas Forum memberi hikmah yang dapat dipetik. Sebuah spirit berkarya/menulis apapun, menjadikan itu sebagai bagian dari belajar tanpa harus berfikir melihat para kompasianer yang sudah memiliki kompetensi lebih, yang akhirnya itu akan membuat berfikir untuk tidak berkarya.

Sama halnya ketika ingin berpartisipasi di lomba Telkomsel Ramadhan ceria ini, action saja dengan menulis tanpa berfikir ngeri melihat tulisan kompasianer yang sudah muncul duluan.

PD saja,,, Enjoy saja,,, Menulis saja,,, Lalu posting tanpa berfikir ini dan itu…

Sebuah inspirasi untuk semangat berkarya, dari sesuatu hal kecil namun memberi makna besar pada acara TELKOMSEL yang memberi nilai kehidupan di RAMADHANKU kali ini. Telkomsel Ramadhanku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun