Kebahagiaan, memiliki akar kata Bahagia yang disisipkan imbuhan ke-an. Bahagia sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia yakni keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yg menyusahkan). Manusia dengan sifat dinamis nya pasti mengingkan kebahagiaan, merujuk pada pernyataan di atas bahwa bahagia adalah dimana jiwa manusia merasakan kesenangan, bukan hanya kesenangan saja. Akan tetapi, ketenangan didalamnya. Lalu apa itu Kebahagiaan ? .
Seperti yang sudah disinggung di atas. Bahwa, kebahagiaan adalah kata bahagia yang disisipkan imbuhan ke-an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa Kebahagiaan yakni kesenangan dan ketenangan hidup (lahir batin).
Permasalahannya, apakah manusia di muka bumi ini mengalaminya ?. Ada, mungkin tidak semua.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan ialah tujuan hidup. Namun, dengan sifat ke riweuh annya, manusia tersendat mencapai kebahagiaan. entah faktor internal ataupun eksternal
Layaknya film romance yang suka ditonton tatkala duka, kita pun ingin. Layaknya penemu facebook meraup kekayaan, kita pun ingin. Layaknya profesi berseragam keren kita pun ingin. Layaknya Kisah Cinta Qais & Layla, atau B.J Habibie & Ainun, kita pun ingin.
Lalu, dimana ujung kebahagiaan itu ?
Padahal, perhatian yang kau dapatkan tanpa dipinta. juga senyuman manis dengan corak baju yang berwibawa. Bahkan, tanda centang biru yang meresahkan rasa ---- yang dengan sekian detik membuat kita merana.
Mark Manson dawuh dalam bukunya  Evertyhing is fu*ked :
Kebahagiaan Sejati bersifat repetitif, bisa diprediksi, dan terkadang membosankan.
Kebahagiaan palsu, memberikan imbalan yang senantiasa kurang : meminta energi yg dosisnya terus-menerus membesar untuk meraih kegembiraan dan makna yang segitu-gitu saja
Kebahagiaan sejati meminta energi yg dosisnya justru semakin kecil utk merai kegembiraan dan makna yg tetap.
Satu-satunya bentuk paling etis dari kebahagiaan adalah melalui pembatasan diri (self limitation). artinya kita harus bisa membuat komitmen dengan diri kita sendiri tentang makna kebahagiaan. dan perlu diingat, kebahagiaan seseorang mungkin berbeda-beda. Bahkan salah satu pegiat Filsafat menyatakan bahwa kebagahagiaannya hanyalah sekedar menghirup udara.
Masalah pun muncul, ketika manusia mendapatkan privilise : tidak ada kata cukup, hasrat mereka berkembang dalam jalur yg sama seiring perkembangan kualitas lingkungan.
Santri, abangan, dan priyayi memiliki tingkat kebahagiaan berbeda-beda. Maka dari itu, temukan kebahagiaan kita dengan cara masing-masing. Karena, kita lebih tahu apa yang diri kita inginkan.
Wallahu a'lam bisshowwab